Berselimut gelapnya Malam
Sehingga sudah akrab dengan Bulan dan Bintang
Tiba-tiba cahayanya muncul menyilaukan
Terang, memalingkan, namun menenangkan
Aku menoleh sesaat, memandang
Tanpa sadar hayut dalam khayalan
Segera berpaling dan kuhentikan
Sebab tak ingin rasa ini berubah salah
Sebab takut Pencipta Rasa kan marah
Maka aku berhenti dan menyerah
Sebab malam tak mungkin bertemu Mentari
Sebab gunung perbedaan terlalu tinggi tuk didaki
Sebab sungai persamaan terlalu luas tuk diseberangi
Maka aku berhenti disini
Tak berani untuk memulai lagi
Sebab tahu bahwa tangan ini,
tak mungkin mampu memeluk Matahari
Namun ada harapan dalam hati
Sesekali ingin melantunkan do'a dimalam hari
Bahwa, bila semua merasakan cahaya mentari dilangit yang sama, kenapa status harus berbeda?
Bukankah yang penting hanya Takwa pada-Nya?
Taat pada hukum dan aturan-Nya?
Hingga kembali nanti, dapat masuk dalam Surga-Nya
Tempat yang dinantikan semua mahluk bernyawa
Tempat yang menghadirkan Bahagia selama-lamanya
[6474.20190130]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H