Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo

Bersyukur itu indah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Banyak Cerita namun Bukan Akhir dari Pengalaman

31 Mei 2022   18:19 Diperbarui: 31 Mei 2022   18:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hallo, artikel kali ini membahas mengenai catatan dari pembelajaran selama satu semester mengenai mata kuliah kewarganegaraan untuk memenuhi tugas UAS semester dua.
Dimulai dari cerita ''Univku Tak Sesuai Ekspektasiku'' yang menceritakan kisah seorang teman saya yang mendapatkan kuota SNMPTN  dan memilih untuk melanjutkan di Universitas impiannya, namun takdirnya tak sesuai apa yang diharapkan. Ia tidak lolos dan ia harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan perguruan tinggi negeri, dan sampai akhirnya ia diterima di universitas islam negeri yang berada di Malang. Dulunya ia belum bisa menerima takdirnya yang tidak lolos di univ impian, namun kemudian ia berusaha untuk ikhlas. Dari kisah itu, kita bisa belajar bahwa manusia bisa berusaha menggapai apa yang kita inginkan, namun Tuhan lebih mengetahui yang terbaik. Maka apa yang kita rencanakan tidak dikabulkan, percayalah bahwa Tuhan telah mempersiapkan yang terbaik bagi umatnya.
Cerita yang kedua yang berjudul ''Ibuku Inspirasiku''. Tentang seorang perempuan yang melahirkan saya dengan penuh kasih sayang dan rela melakukan apapun demi anaknya. Ibu saya yang harus berjuang melawan penyakit paru-parunya, harus periksa ke rumah sakit setiap bulan sekali. Dulu pada saat saya masih belum sekolah, saya selalu diajak Ibu saya berjualan di kantin sekolah SMP yang dekat dengan rumah suaminya di Kecamatan Singgahan. Ibu saya diantar bapak saat hendak berjualan, karena ibu yang tidak bisa mengendarai sepeda motor. Beliau rela menahan dinginnya udara saat berangkat pagi sekitar setengah 6 dari rumah karena perjalanan menuju lokasi jualannya sekitar 1 jam an. Dan disaat saya sudah menjalani sekolah, ibulah yang bersemangat bangun pagi demi mempersiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Menjadi seorang ibu adalah bukan pekerjaan yang mudah. Ibu bisa menjadi siapapun, namun siapapun belum tentu bisa menjadi sosok seperti ibu. Ketika anaknya yang terkadang mengecewakan, ibu selalu berbuat baik dan selalu mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Namun tak lupa pada perjuangan seorang ayah dengan ceritaku yang berjudul "Sang Penyangga Kehidupan Keluargaku".  Ayah adalah sosok laki-laki yang tak kenal lelah dalam membanting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarganya yang mempunyai istri dan dua anaknya. Ayah bekerja keras untuk menyekolahkan anak perempuan yang sedang menjalani kuliah, satu anak laki-lakinya yang sedang duduk dibangku SD. Tak lupa juga beliau yang harus membiayai pengobatan ibu setiap sebulan sekali ke rumah sakit terdekat. Dari kedua cerita itu saya diajarkan arti bersyukur. Bersyukur masih diberikan panjang umur buat kedua orang tua dan masih diberikan kasih sayangnya. Sehingga saya termotivasi untuk selalu menghargai kerja keras mereka apapun kondisinya. Muliakan, bahagiakan, dan jangan pernah putus untuk selalu mendoakan kedua orang tua sebagai bukti berbakti kepada beliau.
Cerita yang ke tiga dan empat yaitu tentang wawancara di tempat ibadah Kristen dan Buddha. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Seperti halnya perbedaan agama yang mempunyai adat budaya masing-masing. Kita sebagai arga negara harus bisa saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Seperti pada saat berwawancara dengan pemeluk agama lain yaitu agama Buddha dan Kristen. Dalam berwawancara itu, mereka sangat antusias mengayomi saya sebagai pendatang di sebuah tempat ibadah mereka demi memenuhi tugas kuliah saya. Mereka sangat bersemangat untuk menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan tradisi atau budaya agama mereka. Sehingga kita mendapat banyak pengetahuan mengenai agama tersebut. Meskipun berbeda keyakinan, kita harus bisa menghormati kepercayaan mereka. Dengan begitu kita bisa menciptakan suasana damai untuk menjaga persatuan negara Republik Indonesia. Seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Cerita selanjutnya yaitu tentang "Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadhan" yang dilaksanakan di saah satu dusun Karang Anyar, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban. Acara itu diadakan pada malam hari setelah sholat maghrib di depan halaman rumah warga yang luas. Para warga berkumpul dengan membawa lauk pauk dengan nasi yang dibentuk kerucut dengan bagian pucuk diberi simbol warna kuning dan makanan lain untuk didoakan atas dasar rasa syukur. Maka, dengan itu kita sebagai orang jawa muslim harus menghargai dan menghormati adat budaya yang sudah ada sejak nenek moyang terdahulu. Namun, semua itu didasari atas rasa syukur atas apa yang diberikan Tuhan.
Cerita selanjutnya kemudian tentang kegiatan pemilu yang diadakan pada tahun 2020 saat pencoblosan Gubernur. Kegiatan itu diadakan di salah satu rumah warga RT 002/RW 004 Dusun Karang Anyar. Kegiatan itu disaat ada pandemi Covid-19. Dimana kegiatan itu dilakukan sangat ketat dengan mematuhi protokol kesehatan. Maka pesan yang dapat dipelajari kita bisa menjadi orang yang tegas saat memilih sesuatu dan kita dianjurkan untuk taat pada aturan negara, seperti mengikuti kegiatan pemilu bagi yang sudah berumur 17 tahun ke atas.
Dan ada cerita lagi tentang perjalanan hidup wanita tangguh. Beliau itu bernama ibu Ningsih yang hidup bertetangga dengan saya yang tinggal dengan rumah yang sederhana. Beliau bekerja sebagai pengangkat barang di pasar sidomukti dan berangkat pagi sekitar setengah 7 dengan berjalan kaki. Beliau tak putus asa dan selalu bersemangat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri karena suaminya sudah meninggal karena sakit. Dari cerita singkat itu kita mengetahui bahwa tetap semangat dan bekerja keraslah dengan apa yang ditakdirkan Tuhan. Jalani dengan rasa syukur meskipun hidup sederhana. Karena rasa syukurlah yang membuat hidup kita menjadi nikmat.
Selanjutnya yang terakhir artikel tentang guru ngaji dan pengalamanku. Dulu, saya semasa kecil pernah diajar oleh seorang guru ngaji yang bernama bapak Rozak. Beliau mengajar di bagian Qur'an dan berbagai kitab seperti nahwu, shorof, aqidah akhlak, dan tajwid. Beliau adalah guru yang baik, ramah kepada muridnya. Cara mengajarpun juga mudah dipahami. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari tidak beradab menjadi beradab. Ya, itulah guru yang sangat besar memberi ilmu yang begitu bermanfaat. Maka, hormatilah dan hargailah jasa-jasa guru ngajimu agar hidup kita menjadi berkah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun