Selalu ada cerita di balik peristiwa. Begitupun dengan resepsi Milad 107 'Aisyiyah oleh Pimpinan Daerah 'Aisyiyah (PDA) Kabupaten Malang yang dilaksanakan hari Ahad, tanggal 2 Juni 2024 (25 Dzulqa'dah, 1445H) di aula Biro Adminitrasi Umum UMM. 'Pesta' tersebut meninggalkan banyak cerita, tetapi ada dua cerita yang bagi saya sangat menarik, yaitu cerita tentang Ibu Wajdiyah Abdillah dan cerita tentang tergantikannya botol plastik sebagai tempat minum oleh tumbler kaca
.
PDA Kabupaten Malang setiap milad 'Aisyiyah memberikan cinderamata kepada sesepuh 'Aisyiyah sebagai penghargaan atas dedikasi dan inspirasi yang telah disebarkan. Ibu Wajdiyah Abdillah adalah salah satu tokoh 'Aisyiyah yang tahun ini dianugerahi cinderamata. Tidaklah berlebihan jika beliau menerima cinderamata tahunan tersebut mengingat dedikasinya kepada 'Aisyiyah tidak perlu diragukan lagi.
Sebagai pemimpin, leadership skill Ibu Wajdiyah tidak diragukan lagi. Memimpin PDA Kabupaten Malang selama empat periode membuktikan bahwa uji ketrampilan memimpin telah beliau lampaui dengan sangat baik. Jatuh bangun organisasi telah beliau jalani. Selama masa kepemimpinan beliau, cabang dan ranting tumbuh dengan pesat. Selain sebagai pemimpin, beliau juga seorang ulama dan muballigh. Berbekal ilmu agama dan ke-'Aisyiyahan, beliau bisa dengan sedemikian luwes berceramah di cabang dan ranting di seantero PDA Kabupaten Malang. Beliau bisa dengan lantang berbicara bagaimana mengelola dan menjalankan roda organisasi, di saat yang sama beliau juga bisa dengan lancar menjelaskan hukum-hukum Islam, dan bisa dengan fasih membacakan ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadits. Ibu Wajdiyah bisa tampil sebagai santri yang paham manajemen organisasi, santri yang terampil berkomunikasi, dan santri sangat tahu paham umat. Hal ini membuat beliau menjadi sedemikian popular dan mengakar di bawah. Hampir semua anggota cabang dan ranting, baik generasi kolonial maupun milenial kenal atau minimal tahu Ibu Wajdiyah.
Ibu Wajdiyah tidak sendirian. Keluarga besarnya juga sangat inspirative, terutama dalam hal ber-Muhammadiyah dan ber-Aisiyah. Bagaimana kita tidak tercengang bila tahu bahwa dari sepuluh bersaudara, semuanya berkhidmat di Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, bahkan empat diantaranya menjadi ketua PDA. Selain Ibu Wajdiyah yang pernah menjadi Ketua PDA Kabupaten Malang selama empat periode (1990-1995, 1995-2000, 2005-2010, 2010-2015), kakak kandung beliau, Ibu Nur Hilaliyah, pernah menjadi Ketua PDA Batu. Selain itu, dua adik beliau, yaitu Ibu Azizah Djunaidi, pernah menjadi Ketua PDA Kabupaten Jembrana Bali selama dua periode (2000-2005, 2005-2010), dan Ibu Mursyidah yang saat ini sedang menjabat sebagai Ketua PDA Kabupaten Malang (2022-2027).
 Â
Cerita menarik lain dari resepsi milad 107 'Aisyiyah adalah nyaris tiadanya botol plastik di area milad. Panitia tidak menyediakan air mineral dalam botol plastik seperti biasanya. Penggantinya adalah tumbler dari kaca bertuliskan 'Aisyiyah yang harus diisi sendiri oleh para tamu undangan dengan air meineral yang tersedia di banyak galon. Untuk memudahkan, Panitia menempatkan sederet gallon berisi air mineral di dekat tangga masuk ruangan. Di tempat tersebut tampak tamu undangan berjejer antri untuk mengisi tumbler masing-masing.
Tergantikannya botol plastik dengan tumbler kaca adalah cerita menarik karena ini anti mainstream. Plastik seperti sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Nyaris tidak ada aktivitas yang bebas dari plastik. Hidangan di berbagai acara biasanya disajikan dalam kemasan yang mengandung unsur plastik dan bisa sekali pakai. Aktifitas belanja juga identik dengan plastik. Barang-barang kecil belanjaan kita masing-masing dibungkus dengan plastik, dan kemudian semuanya dihimpun dalam plastik yang lebih besar. Menggunakan tiga atau empat plastik kecil dan satu plastik besar setiap kali kita belanja sangatlah lumrah. Plastic is our lifestyle adalah gambaran yang pas untuk ketergantungan kita terhadap plastik. Â
Mengingat sedemikian besar ketergantungan kita pada plastik, maka apa yang dilakukan oleh Panitia Milad 107 'Aisyiyah PDA Kabupaten Malang sangat patut diapresiasi. Menggeser botol plastik dengan tumbler kaca di acara milad adalah langkah pertama untuk menyelamatkan bumi dan lingkungan. Ini menjadi media edukasi bagi masyarakat akan bahayanya plastik bagi bumi dan lingkungan. Langkah ini bisa pula menyadarkan masyarakat bahwa penggunaan plastik saat ini sudah sedemikian massive sehingga perlu dikurangi. Langkah ini bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada alternatif lain selain botol plastik. Melalui langkah ini, masyarakat disadarkan bahwa keselamatan bumi dan lingkungan adalah tanggung jawab bersama, dan bukan tanggung jawab pecinta lingkungan semata. Menyediakan tumbler kaca dengan sederet gallon berisi air adalah edukasi nyata (dakwah bilhaal) yang perlu dilakukan secara berkelanjutan supaya bisa menggeser budaya pakai barang plastik yang sekali buang.
Akhirnya, Ibu Wajdiyah dan tumbler kaca di area Milad 107 'Aisyiyah adalah simbul kepedulian 'Aisyiyah. Kepedulian 'Aisyiyah kepada para senior, kepekaan 'Aisyiyah kepada sesama, dan pengakuan 'Aisyiyah akan pentingnya kaderisasi direpresentasikan melalui kehadiran Ibu Wajdiyah di panggung sebagai penerima cinderamata tahunan. Kepedulian 'Aisyiyah kepada bumi dan lingkungan, dan kepedulian 'Aisyiyah terhadap kehidupan generasi mendatang diwujudkan dalam tumbler kaca sebagai pengganti botol minum plastik. Semoga kepedulian terhadap sesama dan lingkungan yang mengemuka di area Milad 107 tersebut tidak sebatas simbolis semata, tetapi bisa menjadi karakter organisasi dan individu di dalamnya. Mari ber-'Aisyiyah dengan gembira dan penuh kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Selamat Milad alias happy anniversary.........