Akhir-akhir ini baru saja Presiden Republik Indonesia yaitu Pak Jokowi mengizinkan terkait bebas untuk melepas pemakaian masker selama di outdoor dengan catatan untuk tetap memperhatikan kebersihan dan tidak lupa cuci tangan dimanapun masyarakat berada. Himbauan ini tentu membuat para masyarakat Indonesia dimana pun menyambutnya dengan perasaan senang nan haru, tak heran karena yang akhirnya setelah dua tahun lamanya terjadi pandemi Covid-19 kini virus tersebut sudah mereda meskipun sudah banyak korban yang gugur dalam masa Pandemi Covid-19.
Akan tetapi kabar tersebut seperti hanya lewat sepintas begitu saja, karena angka kenaikan kasus Covid-19 kembali meningkat dan terjadi penambahan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menginformasikan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 218 kasus positif pada Senin (30/5/2022). Sementara itu jumlah pasien sembuh bertambah 287, meninggal 12. Sebelumnya pada Minggu (29/5/2022), tercatat total kasus COVID-19 di Indonesia sebanyak 6.054.415 kasus, sembuh 5.894.889 kasus, dan meninggal 156.574 kasus.
Dengan kenaikan kasus baru tersebut, sebelum adanya pelonjakan yang lebih banyak lagi, alangkah baiknya para masyarakat mulai membiasakan untuk melakukan ikhtiar pencegahan alami, salah satunya adalah dengan minum jamu herbal.
Menurut Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 jamu merupakan ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan generik, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Jamu sendiri telah ditemukan sejak 1300 M silam dan menjadi minuman bersejarah yang banyak mengandung manfaat. Beberapa contoh tanaman obat meliputi jahe merah, asam jawa temulawak, kunyit, kencur, lengkuas, dan masih banyak lagi.
Beberapa waktu silam sejak pandemi Covid-19, beredar pernyataan jamu dipandang mampu sebagai penangkal sekaligus penyembuh Covid-19. Kementerian kesehatan pernah menyarankan kepada masyarakat untuk mengonsumsi jamu saat masa pandemi berlangsung, yang salah satunya adalah jamu sinom. Jamu yang mengandung salah satu senyawa aktif Curcumin, yaitu kunyit. Berbagai penelitian, terutama penelitian in-vitro dan praklinis, di dunia menunjukkan bahwa Curcumin bersifat antiperadangan, antivirus, antibakteri, antijamur, dan antioksidan.
Lantas, benarkah jamu herbal sinom tersebut mampu menyembuhkan Covid-19? Mari kita kulik fakta yang sebenarnya!
Dikutip dari liputan6.com, salah satu manfaat Curcumin yang ada pada jamu herbal sinom terungkap melalui berbagai penelitian dan uji klinis adalah meningkatkan sistem imunitas tubuh atau berperan sebagai imunomodulator. Penelitian terakhir terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit  Covid-19 menunjukkan, reseptor virus tersebut adalah enzim bernama ACE2 yang terdapat pada sel inang, yakni sel manusia, terutama sel alveolus dalam paru. Namun, pintu masuk virus SARS-CoV-2 tak hanya bergantung pada ikatan protein spike virus dengan reseptor pada sel inang (ACE2), tapi juga priming protein spike oleh protease sel inang.
Sehingga diharapkan curcumin yang ada pada kandungan jamu herbal sinom berupa kunyit ini mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble yang dapat menghambat terjadinya ikatan antara protein virus dengan ACE2 bentuk fixed pada permukaan sel inang.
Artinya, fakta terkait jamu herbal sinom yang dipandang mampu atasi sembuhkan Covid-19 itu tidaklah benar. Melainkan tujuan utama mengonsumsi jamu tidak lain bukan hanya untuk memelihara kesehatan agar tidak mudah terkena penyakit. Karena obat tradisional ini dipercaya memiliki khasiat yang dapat menjaga daya tahan tubuh.
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto ikut mengklaim persoalan terkait kekebalan tubuh bahwa semua yang bisa meningkatkan imunitas tubuh berarti itu penangkal. Penangkal bukan berarti penyembuh melainkan sebagai pencegah. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Hardhi Pranat juga ikut menyebutkan bahwa kunyit juga memiliki zat anti kataral yang dapat memperbanyak produksi lendir. Lendir tersebut bisa membatu mengeluarkan virus saat menyerang saluran pernapasan. Hanya saja Hardhi menggarisbawahi efek-efek tersebut baru bisa didapat setelah mengonsumsi herbal rimpang secara rutin dalam jangka waktu panjang.
Jadi dari sini, dapat diketahui khasiatnya hanya membantu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bisa dijadikan sebagai bentuk antisipasi tubuh agar rentan dari virus Covid-19 dan meminimalisir secara perlahan demi adanya lonjakan kasus kenaikan barunya, bukan membunuh virus maupun bakteri. Kita sebagai masyarakat awam harus tahu dan mampu membedakan dengan tidak menyamakan kunyit (bahan dasar alami jamu herbal sinom) itu seperti antibiotik yang bersifatkan bisa membunuh bakteri maupun virus.