Mohon tunggu...
Nurul Isnaini
Nurul Isnaini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pilkada

27 Juni 2018   05:42 Diperbarui: 27 Juni 2018   06:01 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tips Bagi Pemilih dalam Pilkada Serentak

Pagi ini,  27 Juni 2018 tiba saat memilih kepala daerah (pilkada) serentak di 171  daerah di Indonesia. Terdiri dari 17 Propinsi dan 115 kabupaten serta 39 kota. Di DIY suasana tenang karena bsk pagi bukan termasuk daerah yang melaksanakan pilkada, meski begitu teman-teman di kantor tetap dapet berkahnya dan ikut senang karena tetap diliburkan. (bagi yang libur lho, yang dipelayanan sabar ya..smg besok dapat ganti liburnya )

Proses pilkada ini tidak bisa kita abaikan, sebagai warga negara yang baik, kita harus berpartisipasi dengan ikut serta menggunakan hak pilih agar syarat utama demokrasi di negara kita berjalan dengan baik.

Zaman now, partai politik semakin kreatif, kampanye juga semakin inovatif. Politik bisa jadi lagu, bisa jadi puisi, pidato inspiratif bahkan melalui media sosial yang beragam.

Iklim perpolitikan di Indonesia semakin gayeng untuk disimak. Berbagai cara dilakukan supaya calon bisa jadi. Terkadang rela mengeluarkan banyak uang, money politic yang nanti ujung-ujungnya balas dendam.  Banyak isu-isu seksi, janji-janji politik yang terkadang hanya pencitraan bahkan hanya isapan jempol yang terkadang membuat pemilih menjadi pragmatis atau bahkan malah malas karena saking bosannya.

Ada tetangga bilang, hanya nyoblos aja kok ribet, apa sih susahnya nyoblos ?

Nyoblosnya sih mudah saja tidak butuh waktu berjam-jam untuk mencoblos namun yang harus kita perhatikan bagaimana dalam menentukan siapa yang mau dicoblos itu.

Pemimpin atau penguasa dalam hal ini gubernur , bupati dan wali kota adalah orang yang mendapatkan kepercayaan untuk mengurus dan menjadi pelayan bagi rakyatnya. Jika pemimpin kok tidak mengurusi kepentingan rakyatnya maka dia bukan pemimpin yang sesungguhnya. Pemimpin juga sebagai pelayan masyarakat bukan menjadi orang yang minta dilayani. Itulah pemimpin sejati.

Kepemimpinan adalah titipan. Idealnya menjadi pemimpin itu bukan sesuatu yang diminta apalagi diperebutkan. Di Indonesia hal ini tidak berlaku. Pemimpin yang akan kita pilih biasanya mencalonkan diri atau dicalonkan oleh partai politik.  

Memilih pemimpin merupakan hal yang mendasar dan penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai rakyat kita harus memilih dengan cerdas, dengan akal sehat dan hati nurani. Artinya kita harus obyektif menilai calon yang akan kita pilih. Kita juga harus bijak dengan mengenali calon terlebih dahulu atau bisa dengan melihat dengan siapa dia berteman atau partai yang mengusungnya. Juga hati-hati dalam menyerap informasi karena saat ini sedang marak berita hoak di medsos, membaikkan diri dan calonnya dengan menunjukkan kelemahan calon yang lain. Berbeda pilihan itu sangat wajar dan boleh saja, hargai pendapat yang berbeda. Pilih sesuai hati nurani tanpa ada intimidasi dari pihak manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun