Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buku Perjalanan Menuju Baitullah, Beragam Jalan Menuju Rumah Allah

1 Juli 2018   09:24 Diperbarui: 8 September 2018   04:38 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Facebook/Fitria Ramadhani Sitorus

Dua hari lalu antologi inspiratif ini sampai di rumah saya. Satu paket dengan buku hadiah dari tiga postingan terpilih tentang kesan pesan mengikuti fieldtrip ke Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU, Ramadhan lalu, bersama Komunitas Ibu Profesional Sumatera Utara.

Selalu saja ada kebahagiaan tersendiri jika dihadiahi buku. Teringat kata-kata yang tersemat di dinding perpustakaan daerah, saat saya menjadi anggotanya sejak kelas satu SMA dahulu. Say it with the book. Rasanya mendapatkan buku melebihi pernak-pernik dan berbagai varian kado lainnya. Meningkatkan indeks kebahagiaan saya.

Menyempatkan membaca di tengah-tengah jadwal yang padat merayap, sebab minggu kemarin adalah jadwal kuliah penutup di kampus kami. Pekan depan pelaksanaan ujian akhir semester. Mulai Senin setelahnya masuk waktu input dan setor nilai akhir. Tentunya akan diikuti dengan perhelatan penerimaan mahasiswa baru di tahun ajaran baru.

Mengeja judulnya saja saya sudah terharu. Perjalanan Menuju Baitullah, Kisah inspiratif Perjuangan Menuju Undangan Allah. Terbayang di dalamnya pastilah banyak kegigihan yang telah dilakukan demi mencapai rumah Allah. Tekad yang kuat, kesungguhan yang membaja, kebulatan niat untuk menjadi tamu Allah.

Saya terkesan dengan kisah orang yang saya kenal di buku ini. Judul tulisannya, Hanya Karena Kasih Sayang Allah. Salut sekali dengan penulisnya. Seorang dokter yang sederhana namun dengan visi misi hidup yang tidak sederhana. Perjuangannya menuju baitullah ikut menitikkan air mata saya.

Betapa ia yang tidak menyangka akan memperoleh reward utama dari Rumah Zakat, lembaga tempatnya mengabdi selama ini berupa umrah ke tanah suci. Turut menyelami perasaannya saat menginjakkan kaki pertama kali di tanah haram. Dada yang bergemuruh menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri ka'bah yang dirindukan. Saking menghayatinya, tak terasa linangan air mata saya terus menerus mengalir. Betapa indah memenuhi undangan Allah.

Saya terlempar ke ingatan 2009 silam. Waktu itu saya dihubungi oleh seseorang yang mengaku representatif dari Sinemart Pictures. Nama saya termasuk ke dalam sepuluh komentar terbaik se-Indonesia yang memperoleh hadiah umrah bersama para artis mega film Ketika Cinta Bertasbih (KCB). 

Saya memang pernah mengirimkan kesan dan pesan setelah menyaksikan film tersebut. Waktu itu dibuka kompetisi berhadiah umrah dengan mengirimkan komentar tentang film, disertai fotokopi identitas diri dan potongan tiket.

Saat dihubungi saya hampir tak percaya. Apakah ini salah satu modus penipuan atau sejenisnya. Namun saya juga menerima email dari Sinemart yang isinya pemberitahuan bahwa saya mendapatkan hadiah umrah, berikut skema pengurusan visa dan hal yang bersifat teknis keberangkatan.

Saya tertegun, hanya mampu berkata Alhamdulillah, ya, dan terima kasih. Perasaan bercampur aduk. Saya menyampaikan kabar gembira ini pada suami. Namun respon yang saya terima jauh panggang dari api. Suami tidak mengizinkan saya dengan alasan tidak ada yang menjaga anak-anak. Waktu itu anak kami masih dua orang dan yang kedua berusia dua tahun. Terus terang saya sangat bersedih. Bukan karena batal umrah bersama Oki Setiana Dewi dan artis KCB lainnya, tapi sebab gagal berangkat ke baitullah. Saya menjadi orang yang tidak mendapatkan undangan menuju Makkatul Mukarramah

Suami menghibur, ia melarang saya sebab inginnya pergi bersama-sama dengan saya. InsyaAllah niat untuk sampai ke Makkah tetap ada. Ikhtiar untuk ke sana akan terus dilakukan. Meskipun pada akhirnya hadiah umrah itu digantikan dengan keberangkatan teman kantor suami dan beliau membayarkan sejumlah uang pengganti pada kami. Sebagai kenang-kenangan, uang tersebut kami bayarkan sebagian untuk membeli rumah pertama kami di tahun 2010.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun