Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ingin Selalu Berpikir Positif, Hindari Tiga Hal Ini (Bag. 2 - Habis)

28 September 2017   21:58 Diperbarui: 28 September 2017   22:47 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berpikir positif memberikan banyak keuntungan psikis bagi diri sendiri. Waktu itu saya ada jadwal mengajar di hari Senin. Dari hari Sabtunya, saya sudah menekankan pada ART yang menjaga anak saya, untuk datang seperti biasa pada pagi hari sebelum saya berangkat ke kampus.

Namun apa yang terjadi, dengan gampangnya via telepon waktu saya menghubunginya, dia mengatakan sedang dalam perjalanan keluar kota bersama keponakannya. Katanya sekalian ikut berobat di sana.

Waduh, bagaimana ini. Sebentar lagi saya mesti berada di depan kelas. Semester ganjil baru saja berjalan dua pekan. Mahasiswa lagi semangat-semangatnya, eh dosennya tidak masuk. Pikiran saya sempat kalut. Membayangkan harus menyesuaikan jadwal kuliah pengganti lagi dengan mahasiswa. Jelas lebih mudah mengikuti waktu yang telah ditetapkan fakultas.

Seketika saya mengingat tiga hal pembunuh pikiran positif dari Dr. Ibrahim Elfiky dalarm masterpiece-nya Terapi Berpikir Positif. 1). Mencari kesalahan orang lain, 2). Mengritik orang lain, dan yang ke-3, membanding-bandingkan.

Pertama, untuk apa saya mencari-cari lagi kesalahan ART saya. Toh tidak mengubah apapun. Dia sudah pasti tidak bisa datang hari ini. Yang ada saya jadi tambah jengkel, bikin pusing sendiri, secara kesehatan tentunya merugikan sekali.

Kedua, besok saat dia datang saya pikir kurang bermanfaat kalau saya mengritik, mempermasalahkan ketidakhadirannya yang mendadak tanpa konfirmasi sehari sebelumnya. Memang sih, seandainya dia memberitahu terlebih dahulu, bukankah saya masih bisa mencari alternatif orang yang menjaga anak saya untuk sehari saja. Adik kandung saya, misalnya. Meskipun dia sedang punya bayi juga, dengan repot yang beda tipis dengan saya, tapi saya sangat percaya menitipkan anak padanya.

Justru karena ART tidak terampil berkomunikasi dengan baik, makanya dia jadi seorang ART sampai sekarang. Andaikan dia memahami fungsi koordinasi, wah mungkin dia sudah jadi seorang staf di perkantoran. Saya tersenyum sendiri membayangkan ART saya pakai seragam blazer jadi pegawai kantoran. Pikiran yang usil tapi cukup untuk menghibur diri. Besok cukup diberitahu dengan santai saja

Ketiga, berusaha tidak membanding-bandingkan ART saya yang sekarang dengan yang dahulu. Untuk apa, tak ada gunanya. Toh yang lama itu meski dipuji setinggi langit, nyatanya dia tidak bisa membantu saya saat ini. ART sekarang meski kadang bersikap spontan dan sesukanya seperti ini, tapi kehadirannya di tiap pagi mampu membuat saya tersenyum lega.

Biarlah saya dan mahasiswa mencari waktu kuliah pengganti. Semoga ART saya yang sedang keluar kota dalam rangka perobatan lututnya yang suka sakit katanya, bisa sembuh dan bekerja kembali seperti biasanya.

Jadi terkenang beberapa baris kata yang saya stabilo dari sebuah buku lama, Purnama Madinah. Di dalamnya ada kisah shahabiyah, Ummu Salamah. Intinya ketika ditimpa suatu musibah, ada tiga hal yang sebaiknya dilakukan. Pertama, ucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji'un, kedua, minta pada Allah SWT diberikan hikmah dari kejadian yang menimpa, dan yang terakhir, minta diberi ganti yang lebih baik lagi. InsyaAllah hati jadi lebih tenang.

Saya mencoba membuang semua kekesalan yang ada dan berusaha tersenyum. Menjaga kewarasan, menjaga kesehatan. Ternyata dari contoh kecil demikian, saya merasakan efek dahsyat berpikir positif. Saya yang terkadang cenderung emosional, mampu menaklukkan pikiran negatif kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun