Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Meluncur Bersama Kelokan

15 November 2014   13:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416007596386076073

[caption id="attachment_375541" align="alignnone" width="814" caption="kelokan di jalan kita"][/caption]

Dear Friend,

If you missed any days of meditation this week, please be gentle with yourself. Like any journey, the unexpected often happens, even with the best intentions

Oprah & Deepak

Apa yang kita inginkan “vs” Apa yang kita butuhkan

Sepucuk surat, setangkai bunga, sehelai daun, sebuah ranting kering yang terinjak kaki-kaki kecil kita dalam sebuah perjalanan. Sekilas hal-hal tersebut seperti sesuatu yang biasa saja. Namun, tak ada yang kebetulan yang terjadi, bukan?

Dua kali ini saya mengikuti program 21 hari meditasi itu. Ada saja kerikil-kerikil kecil di sepanjang perjalanannya. Lalu saya baca sebaris kata tersebut sembari tersenyum.

Ya, ada kalanya segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang kita rencanakan. Hujan yang turun di hari yang “semestinya” terang-benderang. Genangan air yang memercik di gaun baru yang kita pakai. Teman yang lupa pada janji ketemuan dengan kita. Tentu masih banyak lagi lainnya. Kalau mau didaftar bisa beratus-ratus halaman.

Salah satu buku populer yang saya sukai, dan sesekali saya baca-baca lagi ketika saya butuh mengurai keruwetan situasi hidup adalah buku Mbak Cherrie Charter-Scott “If life is a game, these a the rules.” Buku dengan gaya bahasa sangat sederhana, namun membahas hal-hal yang cukup mendalam dalam kehidupan.

Saya mengiyakan Mbak Cherie, bahwa hidup akan menyuguhkan hal-hal yang yang kita butuhkan. Bukan apa yang kita ingin dapatkan. Kurikulum hidup sudah sempurna sebagaimana adanya. Masing-masing dirancang secara individual. Dan Sang Pencipta tak pernah salah ukur. Tak pula salah mengidentifikasi makhluknya.

Bukan sebuah kebetulan, kita memiliki teman yang duuh hobinya ngarett, padahal kita sangat disiplin dalam hal waktu. Hidup memberikan kesempatan bagi kita untuk belajar bertoleransi.

Bukan pula suatu kebetulan, kita memiliki bos yang galak atau ketusnya amit-amit jabang bayi, padahal tentu kita ingin bos yang baik budi, rajin mandi, dan hobi gosok gigi. Hehehe. Dan kesempatan bersabar pun dihadirkan.

Dan karena kurikulum masing-masing kita sudah sedemikian presisinya. Maka kita usah longak-longok alias suka banding-bandingin pelajaran yang kita jalani dengan pelajaran yangditerima orang lain. Namun itulah manusia. Hobi banget membanding-bandingkan. Orang Jawa bilang “sawang-sinawang.”

Termasukdalam hal yang saya sampaikan di paragraf pembuka tadi. Sebaris kata-kata dalam surat singkat Mbak Oprah dan Mas Deepak, mampu mengusik kesadaran saya. Bahwa, tak perlu kita menggenggam erat-erat tali kekang kehidupan ini. Ada kalanya, kelokan demi kelokan memang terjadi. “Kecelakaan kadang terjadi,” kata film kartun sherrif kelly. Ya kan? Hehe

Ah, terkadang tanpa sadar kita terlalu ingin segala sesuatunya sempurna. Tepat seperti keinginan kita. Namun hidup adalah apa yang senyatanya sedang terjadi. Dan menerima, ada kalanya memang perlu kita upayakan dan lakukan.

Berserah diri. Meluncur bersama kelokan-kelokan, naikan, dan juga turunan kehidupan. Justru membuat hidup terasa lebih menarik dan berwarna. Lebih mengasyikkan dan membuat kita tak pernah berhenti berucap syukur. Yuukk, ah. Makan dulu, ya!

∞∞∞

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun