[caption caption="Dokpri"][/caption]
Tiap kali lebaran, kami terbiasa larut dalam "ritual" khas orang Indonesia. Ya, apalagi kalau bukan mudik.
Namun, lebaran kali ini sungguh berbeda. Kami harus berlapang dada menikmati momen istimewa ini di kota kami Surabaya. Bukannya karena kami "anti mainstream" tapi karena kali ini mudik bukan pilihan.
Putri pertama kami sakit. Tepat dua hari jelang hari raya idul fitri. Karena badannya terus melemah dan demam. Maka kami membawanya ke IRD rumah sakit terdekat. Dan, dokter menyarankan opname. Gejala-gejala sakitnya mengarah pada DBD, yang artinya.. kami mesti bersiap berlebaran tanpa mudik tahun ini.
Sungguh tidak mudah, bagi kami, sebagaimana bagi orang Indonesia umumnya, absen dari ritual tahunan ini. Pesan di grup whatsapp keluarga terus berdenting-denting. Telpon pun berdering-dering. Aroma desa dan ketupat opor dengan sepenuh pesona memanggil-manggil. Kami bergeming. Mohon maaf lahir batin untuk semuanya. Salam hangat dari Surabaya, kali ini kami lebaran tanpa mudik. Doanya untuk kesembuhan putri kami yaa. Terima kasih.
[caption caption="Dari om kongko"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H