Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pijat dan Urut Gaya Phyton Membelit Mangsa

29 April 2010   02:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Foto : dari Google Luas Kuala Lumpur tidak terlalu besar dibandingkan dengan Jakarta yang luasnya lebih besar 10 kalinya.  Tetapi Kuala Lumpur tetap tempat menarik bagi tenaga kerja asing dari Indonesia, Pilipina, Cina, Banglades, India dan negara2 lain.  Ibatrat ada gula ada semut.  Kuala Lumpur bukan sekadar lumpur yang kotor, tapi merupakan lumpur yang manis penuh gula bagi pendatang haram.  Ups,...istilah pendatang haram sudah tak digunakan lagi di sini.  Istilah PATI, pendatang tanpa izin lebih manusiawi tampaknya. Apapun namanya, Pati atau pendatang haram, tetap saja memberi manfaat bagi penduduk Kuala Lumpur yang sibuk, yang haus hiburan, yang penat setelah seharian bekerja, yang banyak duit, .... Pendatang dari Cina, terutama wanita muda umur 17-22 tahun sering tertangkap oleh polis diraja Malaysia.  Pasalnya, mereka datang tanpa izin, bekerja sebagai pekerja di panti pijat, panti urut, refleksi, spa dan yang sejenisnya. Pekerjaan pijat, urut, refleksi dan spa cuma kedok saja.  Di luar itu ada servis lain yang tak tertulis, booking di luar jam kerja sebagai pramunikmat lelaki hidung belang.  Kalau cuma pijat, urut dan refleksi, mereka dapat separuh dari tarif resmi, yang per jam nya RM 50.  Tapi di luar jam kerja mereka dapat uang lebih, dari yang hanya Touch and Go, hingga booking semalaman, dari yang pijat kesegaran, dari urat2 yang kaku menjadi urat2 yang lemas.  Atau sebaliknya, dari urat yang lemas menjadi urat yang keras...  semalam dapat mencapai RM 500 hingga RM 1000. Ya...kalau bisa jajan sate, kenapa harus repot2 piara kambingnya, kata teman saya... Nggak takut dosa tuh, tanya saya ? Sesudah itu kan bisa shalat tobat,...jawabnya enteng saja, seperti menghalau lalat... Kalau piara kambingnya (baca : dinikah) kan jadi halal....kata saya lagi... Huh ...repot, nanti ketahuan istri, malah bahaya... Malam berikutnya, teman saya shalat tobat, shalat tahajud, sambil nangis keras2, menganggu teman sebelah kamar hotelnya. Teman yang lain lagi mesem2 saja...sambil berucap, dia nyesel, kenapa nggak dimasukin sekalian, canda nya...entah apa maksudnya ...entah benda apa pula yang dimasukin... Saya geleng2 kepala mendengar cerita teman2 yang OKB, Orang Kaya Baru, menghabiskan duit dengan semena2, coba kalau untuk zakat, kan bisa banyak yang terbantu, daripada membantu pendatang Cina itu, pikir saya....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun