“Saya berangkat kerja sebelum jago kluruk (ayam berkokok)” kata pak Marno sambil memijit2 betis saya. Aneh juga, bagi yang nggak tahu, sakit pinggang kenapa betis yang dipijat. Ternyata semua ada hubungannya. Sakit pinggang, sakit punggung, sakit kepala, semua sumbernya ada di sini, kata pemijat tunanetra ini lagi.
Jadi saya berangkat sesudah shalat Subuh, dan pulang sesudah isya, di saat ayam sudah pada tidur.
“Jaman sekarang kan ada ayam berkokok sebelum subuh, bahkan masih jam 12 malam ada yang sudah berkokok” kata saya.
“O…. itu pertanda”
“Pertanda apa ?”
“Pertanda ada perawan metheng. maksudnya ada perawan yang hamil di luar nikah” kata pak Marno menambahkan.
“Pinter amat tuh ayam” timpal saya lagi.
Pak Marno hanya mesem2 saja, umurnya 58 tahun tapi masih tampak muda dari umurnya, rambutnya belum ada yang putih.
Lalu pak Marno menceritakan tentang temannya yang jago catur. Namanya Edy Suryanto, iay sudah keliling dunia berkat pinter main catur. Baru2 Edy ini juga bermain simultan dengan 25 orang yang tidak buta matanya. Hasilnya 21 dimenangkan oleh Edy dan hanya 4 yang remis alias draw.
Walaupun matanya tidak melihat, Edy hapal betul notasi2 catur, bahkan kondisi papan caturnya dihapal. Tidak dapat curang kalau main catur dengan dia. Edy pernah main catur dengan Master international perempuan. Edy hanya menyebutkan notasi2nya saja. Misalnya si cewek bilang saya melangkah e2-e4. Lalu Edy membalas saya d2-d4. Hanya dalam 10 langkah, pecatur perempuan itu diskak mat oleh Edy. Pecatur cewek itu pun menangis, entah terharu, entah sedih. Yang jelas ia baru saja dikalahkan oleh pecatur buta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H