Kalau Kita ke Malaysia, hal yang tidak pernah kita lihat di Indonesia, atau amat jarang, adalah antri. Orang kita paling nggak mau antri. Alergi sekali sama yang namanya antri. Tapi di Malaysia, orang antri sudah biasa. Kalau ada yang menyelonong, menyerobot barisan, ia akan malu sendiri. Orang Indonesia yang ada di Malaysia juga menjadi terbiasa dengan antri. Tapi setelah kembali ke Indonesia, saling selak menyelak di dalam barisan antri kerap terjadi. Mengapa ? Mungkin antri belum membudaya. Antri masih barang langka di Indonesia. Bagaimana memulainya ? Budaya antri harus dikenalkan sejak sedini mungkin, dari sejak sekolah dasar. Di kantin sekolah, biasakan antri, pasang tulisan besar2, seperti yang saya lihat kemarin, saat saya mengobserve pelajar saya yang sedang praktikum latihan mengajar, seperti ini :
Gambar 1. Sila Beratur, maksudnya silahkan antri, terpampang di kantin sekolah, gambar di ambil di SMK Seri Samudra , Manjung Lumut. Kebiasaan antri bisa kita lihat dimana2 tempat umum, terminal bis, stasiun kereta api, saat beli tiket, juga saat masuk ke bis atau kereta api. Walaupun penumpang berjubel, tetap teratur dalam antrian. Selain itu, murid2 juga diajari untuk menghormati guru, tulisan : " Terima kasih Cikgu" terpasang di beberapa tempat, seperti ini :
Gambar 2. Tulisan "Terima kasih Cikgu" di dinding, membuat anak2 sangat hormat kepada gurunya, tidak ada yang durhaka kepada guru sendiri. Beberapa mahasiswa UPSI sering meminta kepada saya untuk mengikhlaskan ilmu yang telah mereka dapatkan. Satu hal yang tak pernah sekalipun saya dengar di Indonesia selama mengajar hampir tiga dekade.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H