Foto dari Google ( http://cookingwithoutborders.files.wordpress.com/2009/10/rujak1.jpg )
"Saya kalau di sini pakai bahasa rojak" kata Prof Kang Kyoung Seok dari Pusan University, Korea Selatan.
"Bahasa apa prof ,... Bahasa pak Rojak ?" tanya saya (pura2 tidak tahu).
"Bukan ...bukan pak Rojak, tetapi bahasa rojak, itu buah yang dicampur-campur !" kata dia dengan wapados (wajah tanpa dosa). Owh...itu rujak, kalau Rojak itu nama orang, misalnya Abdul Razak, karena orang Indonesia susah cakap huruf "z" Razak menjadi Rojak.
Saya ditanya oleh orang Malaysia, Prof Kang duduk dimana ?
Saya duduk di sini, di kursi. Maksudnya bukan itu, maksudnya Prof Kang tinggal dimana ?
Owh saya tinggal di bawah titian wangsa, oooo... di kolong jembatan, kata saya. Prof Kang jadi bingung. Kasihan juga lihat orang tua bingung. Mana sudah tua, bingung, hidup lagi (sorry bercanda Prof).
Orang sini memang senang cakap dengan bahasa rojak saja. Dicampur-campur, semakin Inggris semakin memperlihatkan kelasnya.
Orang Melayu kalau jumpa dengan sesama Melayu, mereka cakap Melayu saja. Begitu juga orang dari suku Cina atau Suku India, mereka akan bercakap dengan bahasa mereka sendiri. Tak ada yang larang harus berbahasa Malaysia.
Siaran Berita di TV atau Radio ada tiga bahasa, Melayu, Cina dan India. Begitu juga Iklan-iklannya menggunakan 3 bahasa. Tetapi, setiap siaran berita, baik di radio atau TV akan diawali dengan kalimat, "Salam Satu Malaysia". setelah itu mereka akan membacakan berita sesuai jadwal tayang, kadang bahasa melayu, cina atau india. Tetapi bahasa Melayu masih tetap dominan. Lagu2 melayu dan Indonesia apalagi sangat dominan di TV, walaupun sudah agak berkurang lagu Indonesianya.