Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah SBY = Ulil Amri ?

28 Desember 2009   02:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Allah SWT menyuruh kita untuk taat kepada Allah dan Rasul Nya serta Ulil Amri, seperti tertera dalam Al Quran Surat An Nisaa' ayat 59 sebagai berikut :

"Hai Orang2yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan rasul Nya serta ulil amri di antara kamu.  Maka jika kamu berselisih dalam suatu urusan, kembalikanlah ia kepada Al Quran dan Sunnah Rasul.  Jika kamu benar2 beriman kepada Allah dan Hari kemudian.  Itulah yang lebih bagus kesudahananya."

Pertanyaannya adalah apakah SBY = Ulil Amri yang patut kita taati ?

Secara hukum dan secara fakta, SBY memang adalah ulil amri (pemerintah) yang sah, yang telah  dipilih oleh sebagian besar rakyat Indonesia.  Jadi sudah sepatutnya kita sebagai rakyat harus taat kepada SBY.

Di kalimat selanjutnya :  "Maka jika kamu berselisih dalam suatu urusan, kembalikanlah ia kepada Al Quran dan Sunnah Rasul."

Apa yang telah diperselisihkan ?

SBY dituduh mempunyai bisnis yang sudah menggurita oleh seorang penulis, George Adi Tjondro.  Bukunya sudah beredar dan sebagian rakyat juga percaya kepada tulisan Adi Tjondro.  SBY sudah membantah bahwa itu semua fitnah.

Persoalannya adalah :  Bagaimana mengembalikan perselisihan itu kepada Al Quran dan sunnah Rasul ?  Siapa yang harus dipercaya rakyat ?  SBY atau Adi Tjondro ?  Pada pemilihan presiden  yang lalu, SBY sudah dipilih oleh mayoritas rakyat (lebih dari 60 persen) untuk memimpin negeri ini untuk masa lima tahun mendatang.

Pada jaman Umar bin Khatab menjadi khalifah, kejadian yang menimpa SBY juga sudah dialami oleh Umar.  Bukan trilyunan dinar yang diselewengkan oleh Umar padasaat itu.  Umar hanya mengambil baju pembagian lebih banyak dari satu potong daripada rakyatnya sendiri.

"Dengarlah, wahai rakyatku !"...kata Umar pada suatu pidatonya.  "Aku tidak mau dengar, sebelum kamu jelaskan darimana kamu peroleh  baju yang sepotong itu kepada kami"  kata  salah seorang dari rakyatnya.

Setelah Umar bin Khatab menjelaskan bahwa baju itu adalah jatah anaknya yang diberikan kepadanya.  Maka rakyat menjadi tenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun