Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jadi RI-1, Jokowi Stop Impor Pangan (Jilid2)

13 November 2013   02:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan saya yang kemarin ( http://politik.kompasiana.com/2013/11/12/jadi-ri-1-jokowi-stop-impor-pangan-607221.html) banyak menuai komentar.  Salah satu komentar dari mas Haryo : Jokowi menimbulkan kepanikan bagi Partai lain dan politikus lain yang berhasrat menggenggam kekuasaan pada pemilu 2014. Bahkan walaupun pak Jokowi belum secara eksplisit mencalonkan diri atau dicalonkan, tetapi hasil-hasil survey membuat panik politikus yang berhasrat menjadi presiden 2014-2019. Betapa tidak, elektabilitas Jokowi sangat jauh menggungguli semua kandidat lainnya. Jokowi akan menjadi musuh besar bagi semua yang berhasrat dan merasa berhak menjadi presiden 2014. Itu tidak masalah, selama rakyat mencintai dan mendukung. Impor pangan bisa distop atau dikurangi jika ada kepastian demand dari industri / konsumsi langsung oleh masyarakat untuk hasil panen mereka, saya kira petani akan mengoptimalkan produksi mereka.  Jadi, impor pangan itu sebenarnya adalah akal-akalan para pejabat, menteri-menteri melalui calo-calo kelas atas semisal "bunda putri".  Nah kalau RI-1 nya orang jujur, nggak mungkinlah menterinya berani berdagang.  Sekarang apa yang kita lihat adalah sangat kasat mata.  Hampir semua menteri berdagang, nggak peduli "perdagangan"  itu mematikan petani atau memiskinkan masyarakat.  Bahkan menteri keuangan juga turut menolak menuurunkan impor makanan ( http://m.aktual.co/ekonomibisnis/195512menkeu-tolak-turunkan-impor-makanan).  Bahkan impor gula pasir saja melonjak hingga 10 kali lipat ( http://m.aktual.co/ekonomibisnis/083538impor-gula-pasir-melonjak).  Impor singkong itu biang keladinya adalah Kemenperin (http://m.aktual.co/ekonomibisnis/141917kemenperin-dituding-biang-keladi-masuknya-singkong-impor).  Tanah Indonesia yang subur, masak singkong saja harus impor. Fuad Bawazier dari Hanura menengarai ada uang haram dari impor-impor pangan itu ( http://m.aktual.co/ekonomibisnis/124709fuad-ada-uang-haram-dari-kebijakan-impor). Karena semakin banyak impor semakin tinggi peluangnya petinggi negeri dapat uang haram. Itulah sebabnya mereka senang impor dan negeri ini makin tergantung pada import. Ia mengatakan, alasan 'dana haram' tersebutlah yang membuat pemerintah menyambut baik pasar besar. Keberadaan pasar bebas tersebut menurutnya dapat dijadikan alasan untuk membuka keran impor.    Itulah sebabnya para petinggi maling ini menyambut baik free trade, globalisasi,  tapi tanpa persiapan apa-apa. Yang penting liberalisasi bisa mereka jadikan alasan untuk bebas impor dan bebas cari komisi. Tapi ada juga komentar Cak Mat  yang meragukan Jokowi  : nggak percaya kalo seandainya Jokowi jadi presiden akan stop impor.. justru bisa jadi impor semakin menggila.. sekarang jadi gubernur saja lebih doyan impor busway dari Cina daripada pake busway buatan dalam negeri.. Ngakak aja deh.. wakakakakakak Coba sekarang dicek apakah Jokowi dan Ahok dapat keuntungan dari pembelian busway itu?  Kalau memang ada ambil untung dari Jokowi- Ahok, mari sama-sama kita turunkan pasangan ini dari Gubernur/Wagub DKI Jakarta.  Beda dengan impor pangan yang dilakukan pemerintah, tak ada niatan sama sekali untuk mamajukan petani kita.  Bandingkan dengan menteri-menteri yang sekarang menganjurkan impor pangan, kalau mereka tak dapat cipratan uang haram, maka ketua partainya, atau bahkan juga presidennya, coba lihat saja dan tunggu saja apakah KPK cukup berani untuk membongkar semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun