Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prof Kang Kyoung Seok, Profesor "Arab Gundul"

3 Maret 2010   11:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tadi siang saya berkenalan dengan Prof Dr Kang Kyoung Seok sewaktu acara ramah tamah makan siang bersama di UPSI Tanjung Malim.  Prof Kang ini dosen Pusan University of Foreign Studies, Dept. of Malaysia & Indonesia.  Prof Kang belajar bahasa Indonesia dari Dosen2 IKIP Jakarta (sekarang UNJ).  Dosen2 dari IKIP Jakarta dan Padang banyak mengajar bahasa Indonesia di Pusan University. Sepintas Prof Kang lebih mirip melayu daripada Korea.  Sebab fasih berbahasa Melayu, dia juga tahu bedanya dengan bahasa Indonesia. Ia mendalami juga bahasa arab melayu, di Indonesia dulu dikenal dengan "arab gundul".  Dibilang gundul, sebab tidak ada tanda bacanya.  Biasanaya bahasa arab kan ada tanda "a", "i" atau "u".  Sebetulnya namanya arab melayu, tulisannya seperti tulisan Arab, tapi bacaanya cara melayu.  Misalnya Meja, ditulisnya dengan "mim" dan "jim", tanpa tanda baca orang melayu membacanya meja.  Ini cuma contoh saja. Di Indonesia tulisan Arab Melayu sudah hampir punah.  Di Malaysia tulisan arab melayu ini dikenal dengan huruf jawi.  Prof Kang bilang, dalam 10 tahun hingga 20 tahun tulisan ini juga akan punah, sama nasibnya seperti di Indonesia.  Tugas Prof Kang Kyoung Seok adalah melestarikan huruf jawi ini di Malaysia.  Ia dikontrak 2 tahun untuk melestarikan Arab Gundul di Malaysia.  Apa cukup tuh 2 tahun ?  Mungkin saja cukup, tapi minat orang mempelajari huruf jawi semakin berkurang.  Sama seperti di Indonesia.  Nah orang Indonesia sendiri bagaimana ?  Kelihatannya memang tidak peduli dengan bahasa arab melayu atau arab gundul. Orang Korea banyak yang belajar bahasa Indonesia, kata Prof Kang.  Sebab orang yang mau kerja atau bisnis di Indonesia harus ngerti bahasa Indonesia.  Orang Korea enggan belajar bahasa Melayu, sebab untuk bisnis dan percakapan sehari2 di Malaysia, orang Malaysia sendiri jarang yang pakai bahasa Malaysia (Melayu), kata dia lho ya...  Pengalaman dia, setiap ketemu orang Malaysia, setelah tahu dia orang Korea, langsung cakapnya  bahasa Inggris. Jadi kalau mau berbisnis atau bekerja di Malaysia, orang Korea tidak perlu belajar bahasa melayu, cukup bahasa Inggris saja.  Bedanya dengan bahasa Indonesia, kalau mau jadi karyawan perusahaan Korea yang ada di Indonesia, maka orang Korea wajib tahu bahasa Indonesia.  Sebab itulah bahasa Indonesia masih dianggap penting. Makanya di Korea perlu banyak guru bahasa Indonesia.  Hayooo siapa yang mau ngajar bahasa Indonesia di Pusan University, begitu tawaran dari Prof Kang ! Acara tadi siang "Main Course" nya adalah Nasi lemak ayam, seperti ini : Lumayan,....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun