Mohon tunggu...
Nur Taufik
Nur Taufik Mohon Tunggu... Guru - Blogger - Guru

Calon Journalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Public Speaking Bersama Penulis Buku Show Time Ricky Setiawan

19 Maret 2024   17:44 Diperbarui: 19 Maret 2024   21:26 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjelasan dari ka Ricky Penulis Buku Show Time. Sumber pribadi (Nur Taufik) 

Rilis pada 12 Februari 2024 kemarin, buku karya Ricky Setiawan yang berjudul Show Time menjelaskan dan memberikan solusi praktis tentang bagaimana cara penguasaan panggung dan impact kepada audiens ketika kita sedang melakukan presentasi atau public speaking.

Tepat pada 2 Maret 2024, saya datang dan ikut belajar langsung bersama Penerbit Buku Kompas dan Penulis Ricky di Gedung Kompas Institute, Jakarta. Tentang solusi terbaik public speaking agar memberikan impact yang luas kepada audiens dan perjalanan Ricky menjadi seorang penulis.

Sharing Dengan Penulis

Bagaimana cara menulis dan berapa lama waktu menulis bagi Ricky?

Bagi Ricky menulis adalah set-skill yang sangat berguna terlepas kalian pernah menerbitkan buku atau tidak. Seperti halnya membuat bisnis, menulispun sama yaitu tentang bagaimana kita mengimprementasikan sebuah ide yang ada dalam fikiran kita dalam sebuah tulisan agar orang lain dapat ikut memahami dan merasakan apa yang kita rasakan.

Ricky mengungkapkan bahwa perjalanan menulis buku Show Time ia lakoni selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2020 sampai lounching pada Desember 2023 dan mulai dipasarkan pada bulan Februari lalu. banyak sekali tantang yang harus ia tempuh, contohnya seperti rasa kepercayaan diri akan buku yang ditulis.

Ini bagus ga ya bukunya?

Nanti ada yang baca ga ya

Akan tetapi selama tiga tahun tersebut yang Ricky pelajari adalah, kita harus memiliki gambaran visualisasi terhadap buku kita nantinya akan seperti apa. Dalam prosesnya Ricky terlebih dahulu menuliskan gambaran tentang buku yang akan ia garap agar tidak menjadi tanda tanya setelah bukunya mulai ditulis.

Seperti halnya cerita atau sebuah konten maka kita harus memilik tiga hal ini.

Yang pertama adalah Ciptanya akan jadi apa? dan Citra bentuknya seperti apa.

Dan Ricky juga mempertegas bahwa lihat kembali niat awal kalian menulis. Jika kalian ingin menulis untuk menjadi lebih baik itu benar, akan tetapi jika kalian menulis karena ingin menjadi kaya itu adalah sebuah kesalahan.

Ricky mengungkap ide dirinya menulis buku Show Time adalah, menurutnya masih banyak diluar sana orang-orang hebat dan keren yang belum lancar dan pandai dalam public speaking. Dan dirinya ingin membongkar hal itu dan mempertegas bahwa semua orang bisa Public speaking.

Apa aja si emang isi buku Show Time & Sturkturny apa aja?

Ricky membongkar sedikit tentang isi buku Show Time yang mana menjelaskan secara garis besar tentang public speaking, terdiri dari enam komponen.

Satu adalah Prolog, yang mana membongkar masalah besar manusia tentang ke tidak bisaannya berbicara didepan publik.

Kedua, Ricky menjelaskan bahwa setiap orang memiliki ceritanya masing-masing, dan dalam bukunya Ricky menegaskan bahwa kita harus menjadi diri sendiri untuk bisa tampil didepan orang banyak.

Ketiga, isi bukunya berisikan tentang sensasi bahwa jangan selalu menggunakan otak kiri yang berlandaskan fakta, akan tetapi gunakanlah otak kanan yang berisi tentang keterampilan dan imajinasi.

Kemudian selanjutnya adalah pengenalan tentang dunia panggung dan tips and trik.

Dari buku Show Time, Ricky coba menjelaskan bahwa dalam dunia ini tidak harus berpatokan kepada siapapun, karena setiap manusia pasti memiliki kekhasannya masing-masing yang tidak dapat ditiru oleh orang lain. Maka dalam Show Time Ricky mencoba mempertegas hal itu.

Sharing dengan Editor Penerbit Buku Kompas. Sumber Pribadi (Nur Taufik). 
Sharing dengan Editor Penerbit Buku Kompas. Sumber Pribadi (Nur Taufik). 

Sharing Dengan Editor

Pandangan Editor tentang naskah yang menarik dan bagus untuk dimuat itu seperti apa?

Septiana Wulansari (Editor Penerbit Buku Kompas).

Dalam pembukaannya Ka Septi melemparkan pertanyaan kepada audiens tentang.

Temen-temen kalau baca buku sukanya apa si?

Kalau baca buku sukanya yang seperti apa?

Dan dari sahutan beberapa jawaban dari para audiens, Ka Septi membuka jawaban, bahwa tergantung kepada pembaca.

Jika orang yang suka membaca bacaan yang mewakili perasaanny maka dia akan membaca fiksi. Jika seseorang suka membaca bacaan yang menantang fikiran biasanya bacaaanya adalah non-fiksi.

Dan dari beragam naskah buku yang terkirimkan kepada kami selaku editor adalah yang paling penting itu adalah idenya. 

Apa pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca atau mengangkat tentang gagasan apapun itu

Jika ditannya diantara ribuan naskah yang dikirimkan kepada kami manasih yang menarik?

Kita akan menjawab kalian harus bertarung ide disitu, karena buku adalah sebuah medium atau prantara. Ide yang akan membaca tulisan tersebut menjadi beragam karya, mulai dari tulisan kemudian bisa menjadi sebuah drama ataupun film.

Maka pengeksekusian sebuah ide adalah sebuah jalan yang lumayan rumit. Karena munculnya ide bukan dari sebuah ruangan kosong.

Bagaimana seorang editor melihat bahwa naskah dan tulisan yang dikirimkan menarik dan dapat diproses?

Kita bisa kasih contoh, ada orang yang mengirimkan naskah lima puluh halaman dan lima ratus halaman, dan pada masing-masing buku pasti memiliki sinopsinya. Dan dari sinopsis inilah yang membantu kita melihat tulisan itu berisikan tentang apa.

Tetapi banyak juga sinopsis yang menarik akann tetapi berbanding terbalik dengan isi bukunya. Jadi alur kerjanya adalah tetap kita baca naskah-naskah yang telah terkirimkan tersebut.

Jika dibandingkan, tulisan non-fiksi akan lebih mudah karena kita dapat mengacu kepada dasar isinya tentang sesuatu apa yang dapat dibahas. 

Jika non-fiksi setidaknya dua sampai tiga bab dan endingnya harus kita baca, karena untuk karya non-fiksi kita melihat pergerakan alur ceritanya dari awal sampai dengan terakhirnya. Ungkap Septiana.

Jadi secara teori tulisan non-fiksi akan lebih mudah di editing, karena untuk karya fiksi tidak ada pelajaran mendalam tentang editingnya. Karena setiap gaya masing-masing penulis pasti berbeda dan tidak sama.

Tiga hal penting dalam public speaking

Konteks, yaitu mengenali siapa audiensnya, kenapa kamu berbicara disana dan apa yang harus mereka resapi dari pembicaraan kalian. Sesuaikan diri kalian ketika perbicara, apakah sesinya tentang sharing non-formal atau acara resmi yang dihadiri oleh petinggi dan orang-orang penting.

Konten, berisi tentang Opening, isi dan closing. Tapi adahal yang harus diperhatikan disini, jika openingnya menarik maka orang akan tertarik dan stay dengan pembicaraan kalian, jika tidak maka orang akan bosan dan kemudian pergi.

Cover, Perhatikan penampilan kalian ketika tampil dan berbicara didepan, karena pada hakikatnya secara zhohir manusia memandang kepada penampilan terlebih dahulu.

Bagaimana orang akan tertarik dengan kalian jika kalian sendiri tidak memperhatikan penampilan yang kalian gunakan.

Cara memunculkan kepercayaan diri ketika Public Speaking?

Cara memunculkan rasa kepercayaan diri adalah dengan kita mengenal diri kita sendiri lebih dalam.   

Jika kita sendiri saja belum bisa mengenal diri kita sendiri bagaimana caranya kita bisa mengekspos diri kita kepada orang lain.

Kita harus yakin bahwa ada sesuatu dalam diri kita yang patut kita bangga dan apresiasi, sehingga ketika kita melakukan public speaking orang-orang akan melihat value yang kita punya. 

Contohnya, ketika kalian kedapatan untuk tampil presentasi akan tetapi kalian lakukan karena sebuah paksaan maka, sudah terlihat sebagian besar public speaking kalian berantakan.

 

Mengapa Kita Harus Menulis?

Karena dengan menulis kita bisa menguraikan kekusutan dalam fikiran kita. 

Sejatinya bahasa dalam tulisan tidak sama seperti bahasa yang kita lontarkan sehari-hari. 

Dengan menulis juga bisa melatih diri kita dalam menyusun segala macam ide dan gagasan yang akan kita lakukan. 

Dan salah satu manfaat dari menulis juga adalah bisa manjadi meditasi kita ketika mendapatkan sebuah masalah, akan tetapi tidak menemukan orang yang cocok untuk kita utarakan cerita kepadanya. Ungkap Ka Septiana (Editor Penerbit Buku Kompas). 

Menurut Ricky (Penulis Buku Show Time) pembeda antara sejarah dan prasejarah adalah tulisan. 

Dan baginya tulisan ada legacy yang kalian titipkan dalam mesin waktu dan juga timbangan untuk masa depan. 

Saya pastikan orang yang public speaking nya baik dan bagus dia juga sudah biasa menulis, karena seluruh yang dia lakukan terstruktur

Semoga bermanfaat 




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun