Mohon tunggu...
Nur Syarifudin
Nur Syarifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 7 Universitas Jenderal Soedirman

A student who loves to read

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesatnya Arus Teknologi, Semakin Membuat Kita Tidak Berguna?

10 Oktober 2022   08:10 Diperbarui: 10 Oktober 2022   09:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"The production of too many useful things results in too many useless people."

-Karl Marx

Karl Marx menyajikan salah satu ramalan yang setidaknya bagi sebagian orang sangat mengancam umat manusia pada era seperti ini. Marx berpendapat jika, "Produksi terlalu banyak hal yang berguna akan menghasilkan banyak orang yang tidak berguna." Ini menunjukkan bahwa ada masalah besar di dalam society kita: Produksi dan pembagian kerja menghasilkan konsekuensi yang merugikan bagi dunia kontemporer. Mengingat bahwa sistem produksi abad ke-21 mendominasi hidup kita sedemikian rupa sehingga kita menjadi bergantung padanya, tidak dapat dihindari bahwa umat manusia akan menjadi tidak berguna.

Marx merasa prihatin dengan dampak industrialisasi dan pembagian kerja (yaitu spesialisasi sebagai sarana untuk meningkatkan efisiensi). Sejak Revolusi Industri dan pengenalan otomatisasi (yaitu ketika mesin telah menggantikan tenaga kerja konvensional), orang Amerika telah mewujudkan praktik "menghasilkan lebih banyak dengan lebih sedikit." Meskipun beberapa orang mungkin berpendapat bahwa pembagian kerja bermanfaat karena meningkatkan efisiensi. Dengan usaha untuk menciptakan jalan pintas produksi, Marx kritis terhadap konsep ini. Dia berpendapat bahwa pembagian kerja itu tidak manusiawi karena menutup mereka dari alternatif dan juga mengisolasi mereka dari peluang untuk pertumbuhan lebih lanjut. Maksudnya Marx, produksi membatasi konsep nilai/value dari manusia, dan hal ini dapat membuat manusia menjadi tidak berguna.

Dilain sisi, Herbert Marcuse setuju dengan Marx. Dia mengklaim bahwa konsumsi teknologi saat ini memicu kita untuk hanya berpikir dari sudut pandang satu dimensi. Pemikiran satu dimensi, menurut Marcuse, menyarankan agar kita mencoba memahami dunia sebagaimana adanya, tanpa kritik apapun. Ini menyiratkan bahwa sistem produksi dan konsumsi kita saat ini menghadirkan dua konsekuensi besar. Yang pertama adalah bahwa kita didorong untuk menyesuaikan diri. Ini terbukti, mengingat meningkatnya rasa kebersamaan dalam masyarakat Amerika, karena orang-orang didorong untuk hidup dalam budaya UANG. Akibatnya, orang menjadi kondusif untuk standardisasi, dan mereka tidak bisa menjadi individu yang unik, karena harga diri menjadi ukuran dari apa yang dapat dikonsumsi seseorang. Yang perlu diingat adalah, bahwa sistem yang berlaku sekarang memiliki kecenderungan untuk mencegah para pemikir untuk dapat berpikir kritis terkait alternatifnya. Risiko yang terkandung adalah orang kehilangan rasa kontrol yang mereka miliki dalam masyarakat, membuat mereka rentan terhadap manipulasi, dan mau tidak mau, tidak berguna.

Terlepas dari konsep yang dijabarkan Marx tadi, ada sedikit ruang untuk kita berpikir optimis. Mau tidak mau kedepannya, kita perlu menerima bahwa sekarang kita tersesat dalam teknologi dan society. Hal Ini mengharuskan kita untuk melawan status-quo dan mematahkan penahanan yang diberikan oleh produksi dan teknologi pada kita. Mungkin pemikiran kita harus melampaui pemikiran satu dimensi. Kita harus mempertimbangkan alternatif untuk sistem kita, salah satu solusinya adalah mencari cara untuk mengubah bentuk kapitalisme yang membuat kita semakin hari semakin menjadi deadwood (kayu mati). Kita harus mengubah norma untuk melibatkan produksi dan konsumsi lebih sedikit, untuk melepaskan diri dari ketergantungan kita pada budaya uang. Begitu orang menyadari bahwa mereka memiliki kekuatan untuk membalikkan konsep ini, ada kemungkinan bahwa produksi tidak akan membuat kita benar-benar tidak berguna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun