Mohon tunggu...
Nur Syamsi
Nur Syamsi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Pelajar Yang Bercita-cita Sukses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tilas Sejarah Budaya Jawa Mengakar Kuat pada Masyarakat Merapi

18 Januari 2021   13:11 Diperbarui: 28 Mei 2022   12:58 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Jawa di kenal sebagai suku bangsa yang memiliki tradisi luar biasa. Banyak budaya yang menyiratkan nilai-nilai moral dan nilai luhur dalam kehidupan. Hal ini berasal dari percampuran budaya atau akulturasi dan filosofi kehidupan masyarakat Jawa sejak berabad-abad lampau. Sebagian besar masyarakat Jawa mempercayai sebagai nilai mistis.

Sejak berkembangnya kemajuan teknologi di kluster globalisasi masa kini, yang mana berbagai informasi dan teknologi yang masuk ke tanah budaya berdampak pada cepatnya arus kebudayaan modernisasi masuk ke Indonesia. Adapun dampak negative terhadap budaya murni ini mampu mempengaruhi masyarakat untuk lebih cenderung melupakan tradisi murni dan beralih ke budaya asing yang dianggap modernisasi dan mengembangkan rasa bangga dengan meniru budaya asing tersebut.

Salah satu kepercayaan yang masih melekat kuat di masyarakat adalah Kejawen. Meskipun sudah banyak di tinggalaknan dan masyarakatpun sudah tidak menganut kepercayaan ini, namun tradisi ini masih dijalankan. Kejawen adalah sebuah pandangan hidup masyarakat dan segala sesuatu berhubungan denganadat dan kepercayaan suku Jawa. Kata kejawen berasal dari kata "Jawa", yang dalam bahasa Indonesia berarti "segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa". Diungkap oleh Tie Yas pada Kompassiana - bahwa dalam konteks umum, Kejawen sebagai filsafat yang memiliki ajaran tertentu terutama dalam membangun tata krama atau tingkah laku berkehidupan.

Menurut Ahmad Taufik dalam opini.id - Kejawen dalam pendapat umum berisi tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen memiliki arti spiritualitas suku Jawa.

 Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat dan menekankan pada konsep "keseimbangan".  Simbol-simbol "laku" berupa perangkat adat asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantra, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya. 

Salah satu tradisi kejawen yang masih dilakukan hingga saat ini yakni tradisi sedekah gunung yang dilakukan pada malam satu suro. Ada salah satu teman saya yang bertempat tinggal di lereng merapi, mengungkap bahwa dalam hal ini masyarakat memberi sesaji  berupa Kepala kerbau yang akan di tanam di pasar bubrah setelah acara, dan tujuh tumpeng nasi beras, jagung serta hasil pertanian yang akan menjadi rebutan masyarakat sekitar ini di tujukan untuk penguasa Gunung Merapi Kyai Petruk. Sebagian masyarakat meyakini pemberian sesaji ini akan menyelamatkan mereka dari bahaya letusan Gunung berapi. Serta sebagaii bentuk rasa syukur dan terimakasih kepada sang Pencipta.

Penghormatan terhadap Gunung Merapi tidak hanya dilakukan masyarakat sekitar Lereng tetapi juga di lekukan oleh Keraton. Keraton akan mengadakan upacara Labuhan sebagai upaya membangun relasi dengan penjaga-penjaga ghaib yang ada di daerah Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Kadang orang – orang tertentu yang mempercayai aliran kejawen kadang naik Gunung bersama sang Guru dengan membawa sesaji atau semedi. Masih dilakukan seperti itu dalam kehidupan sehari-hari - Ujar Heddy Shri Ahimsa-Putra pada Tirto.id.

Di era kontemporer ini kejawen menunjukkan sikapnya yang adaptif dengan perwujudan penganut kejawen yang sekarang terorganisir lewat aliran-aliran kebatinan .Sebuah etika dan sebuah gaya hidup yang dihiasi pemikiran Jawa dan masuk katergori religius. Pemahaman ini bukanlah pemahaman bahwa inkulturasi yang menang, namun lebih kepada sikap adaptif. Sikap adaptif ini dipahami lebih ke arah sebuah strategi kebudayaan yang dipilih para penganut kejawen saat melihat berbagai perkembangan kebudayaan yang ada, dan jawabannya adalah sinkretisme. Hal ini lebih terlihat jelas, saat melihat karakteristik perubahan dalam Kejawen. 

Dari berbagai penggambaran dan pemahaman mengenai tradisi yang mempercayai ajaran Kejawen ini tidak hanya menjadi sorotan masyarakat dan pelaku di lingkungan sekitar. Tetapi kini Tradisi ini juga biasa di hadiri oleh wisatawan dan para pendaki Gunung baik dariluar daerah hingga ke wisatawan Mancanegara. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi ini masih melekekat kuat pada masyarakat bahkan kian berkembang dan tak ayal menjadi suatu obyek wisata bagi warga luar daerah dan luar negara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun