Pancasila landasan negara dalam berperilaku di kehidupan Masyarakat atau lingkungan sosial. Norma-norma dalam bersosial tercantum di Pancasila untuk mengokohkan persatuan bangsa. Negara Indonesia adalah negara yang satu-satunya memiliki pedoman dalam bermasyarakat maupun dalam bernegara, yaitu Pancasila. Pancasila inilah bukti bahwa masyarakat Indonesia tetap Bersatu walaupun berbeda-beda latar belakang. Tokoh-tokoh nasional merumuskan Pancasila agar bisa hidup rukun dan berdampingan. Berbagai tradisi pada setiap daerah. Terutama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Â
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan yaitu Tradisi Nganggung, khusunya di Pangkal Pinang. "Nganggung" yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti mengangkat adalah tradisi yang dimana setiap keluarga akan membawa makanan yang diletakkan dalam dulang (nampan) dari seng dan ditutup oleh tudung saji yang memiliki motif di tengahnya dan berwarna merah serta terkadang berwarna hijau. Ketika acaranya dimulai, maka orang-orang yang membawa dulang akan membawanya ke masjid dengan cara diangkat atau nganggung. Seiring berkembangnya zaman, pola pikir setiap generasi berbeda-beda.Â
Setiap saat akan terus berubah karena kebiasaan masyarakat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dari negara barat karena menganggap bahwa budaya luar adalah mode yang kekinian. Padahal tidak semua budaya luar itu sesuai dengan identitas dari negara itu sendiri. Contohnya anak muda zaman sekarang sering melakukan dance K-Pop dan mengenakan baju crop. Hal tersebut dinormalisasikan oleh mereka karena menganggap sesuatu yang keren.Â
Oleh sebab itu, banyak sekali tradisi-tradisi yang harusnya dilestarikan menjadi terkikir sedikit demi sedikit, bahkan hamper punah. Salah satunya Tradisi Nganggung. Anak zaman sekarang menganggap bahwa tradisi ini bukan tren yang sesuai dengan zaman mereka atau menganggap tradisi ini tidak penting. Keegoisan mereka ini melunturkan budaya Bangka yang harus dilestarikan, menghilangkan identitas, dan membiarkan budaya luar berkembang biak di daerah sendiri.Â
Dari hal tersebut, bisa disimpulkan mereka tidak mencintai budaya mereka sendiri. Anak zaman sekarang pun susah dinasehati dan merasa dirinya paling benar atau tidak tahu diri seperti halnya yang sering dikatakan anak-anak sekarang. Sikap intoleransi pun sudah merajalela sehingga Tradisi Nganggung yang memiliki nilai saling menghormati dan menghargai terus tergerus.Â
Bahkan dari mereka saking ingin mengikuti budaya dari luar, ada yang mengenakan baju compang-camping atau seperti gembel, baju yang dikenakan bukanlah baju melainkan pakaian dalam yang hanya menutup bagian intim saja, pergi ke club, keluar bersama lawan jenis sampai kebablasan, tawuran antar kelompok masyarakat, balap liar, dan lain-lain sebagainya. Budaya perlu dilestarikan agar tidak pupus karena merupakan bentuk dari kebiasaan masyarakat. Ada beberapa upaya agar tidak punah budaya tersebut, di antara lain:
1. Mempelajari budaya bangsa
2. Memperkenalkan budaya kepada negara lain
3. Tidak terpengaruh pada budaya asing
Kesimpulan: Tradisi Nganggung mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan tidak membanggakan diri sendiri karena segala sesuatu itu dari Allah SWT., dan itu hanyalah titipan saja. Tradisi Nganggung juga mengajarkan kita untuk berbagi kepada yang membutuhkan tanpa memandang latar belakangnya, selalu menjaga kebersamaan dan silaturahmi, memperkokoh persatuan dan tali persaudaraan, saling membantu dan gotong royong, menciptakan atmosfer kedamaian, serta mencintai budaya lokal.Â
Pancasila yang terkandung dalam Tradisi Nganggung turut andil sebagai landasan implementasinya. Implementasi Pancasila terdiri dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan di tengah-tengah Masyarakat merupakan sebuah obat mujarab yang akan menyembuhkan kerusakan sosial budaya Indonesia. Selain itu, nilai-nilai Pancasila memiliki sifat yang dapat dipakai dan diakui oleh semua negara, yaitu sifat universal dan objektif. Namun, Pancasila tidak akan melakukan semua itu sendiri jika tidak ada penggerak dari manusia itu sendiri melalui kehidupan sehari-hari.