Mohon tunggu...
nursyadiah halimah
nursyadiah halimah Mohon Tunggu... -

senangnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buzzer Wajah Kandidat di Medsos

15 Desember 2016   16:38 Diperbarui: 15 Desember 2016   16:49 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://wahyublahe.com/social-media-buzzer/

Pilkada Jakarta 2017 masih 3 bulan lagi. Akan tetapi pertarungan antar calon gubernur sudah terasa. Pertarungan ini termasuk melibatkan tim sukses dunia maya atau cyber corps atau istilah kerennya buzzer media.

Masihkah anda ingat pada bulan lalu, April 2016, ketika jagad dunia maya dihebohkan dengan beredarnya foto Basuki Tjahaja Purnama atau sering disapa Ahok sedang mengumpulkan tim sosial medianya untuk membahas strategi marketing politik menghadapi Pilkada bulan Februari 2017.

Sementara itu, foto tersebut dijadikan bahan untuk menyerang Ahok, karena pada pertemuan itu ada minuman bir diatas meja rapat, benarkah? Oleh sebab itulah minuman bir ini dijadikan celah untuk memojokkan posisi politik Ahok. Yang pada akhirnya Ahok digambarkan sebagai politisi yang pro terhadap peredaran minuman keras, benarkah?.

Fenomena buzzer dan penggunaan media sosial sebagai media kampanye sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sejak Medsos menjadi booming dengan jumlah pengguna yang cukup besar, para politisi telah memanfatkannya hal tersebut dengan baik untuk menunjang kerja-kerja politiknya. Dan belakangan ini, upaya tersebut lebih terorganisir. Ada sebuah tim khusus yang telah dibentuk, intinya kerja politik lebih sistematis dan lebih rapi lagi.

Dalam konteks Pilkada DKI Jakarta yang akan diselenggarakan 2017 nanti, terlihat tim media sosial Ahok lebih rapi dan lebih terorganisir. Oleh sebab itulah, banyak pihak yang menuding, Ahok memiliki cyber corps. Walupun Ahok membatah, akan tetapi keberadaan akun yang bekerja untuk mantan Bupati Belitung Timur itu bertebaran di jagad media sosial, benarkah?

Inilah akibatnya ketika Buzzer dikalahkan (sumber) 

Sementara bakal calon Gubernur DKI Jakarta lainnya tidak tampak memiliki tim media sosial yang kuat dan terorganisir. Padahal keberadaan media sosial, seperti Twitter dan Facebook, tidak kecil pengaruhnya dalam menunjang karir politik seseorang, namun mereka menggunakan cara blusukan dan kampanye di tiap-tiap wilayah yang ada di Jakarta ini.

Perang antar Buzzer di media sosial pada prinsip sebenarnya adalah untuk rebutan opini, rebutan trending topik, yang pada akhirnya memberikan dampak pada opini masyarakat untuk mempercayainya. Pasukan buzzer lawan-lawan Ahok walaupun cenderung sporadis, namun mampu mengimbangi. B

erbagai kekurangan maupun kebijakan Ahok sebagai Gubernur Petahana dijadikan amunisi untuk menurunkan tingkat elektabilitas Ahok, Seperti kasus sumber waras, dan kasus penggusuran kampung Luar Batang, dan yang terakhir adalah kasus penistaan Agama Islam oleh Ahok. Hehehehe…itulah kenapa para Buzzer terus menerus mengeluarkan kata-kata kotor maupun fitnah dan dengki ketika ada sebuah pemberitaan di media…hehehehehe..lucu ya..

Yuk kita simak kenapa Perlu Membentuk Tim Media Sosial?

Menurut sumber data Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (PUSKAKOM UI), Data penggunaan internet di indonesia di tahun 2015 telah mencapai angka 88,1 juta atau hampir mencapai 40 % dari total jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Dan angka tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun