Alasan adanya penutupan kain putih pada batu nisan, karena makam tersebut adalah orang suci, orang besar, dan juga Ibu Cut Nyak Dhien adalah pahlawan wanita, jadi dikenakan kerudung. Di dalam Islam, seorang wanita diwajibkan untuk memakai kerudung hingga akhir hayatnya. Dan memiliki tulisan di samping makamnya, yang bertuliskan
Karena djihadmu perdjuangan,
Atjeh beroleh kemenangan,
Dari Belanda kembali ke tangan,
Rakjat sendiri kegirangan.
Itulah sebab sebagai kenangan,
Kami teringat terangan-angan,
Akan budiman pahlawan djundjungan,
Pahlawan wanita berdjiwa kajangan
Itulah sajak yang terukir di Makam Cut Nyak Dhien di Sumedang. Pahlawan asal Tanah Rencong itu sangat dihormati warga Sumedang, daerah tempat Cut Nyak Dhien diasingkan seusai ditangkap tentara Belanda.
Kegigihan dan semangat Cut Nyak Dhien patut dicontoh kaum muda kini. Beliau tak rentan oleh usia, semangatnya terus membara memperjuangkan kemerdekaan. Setelah melewati masa penyerahan ke Belanda, penjemputan ke Jakarta hingga akhirnya diasingkan ke Sumedang karena keinginannya sendiri, Cut Nyak Dhien begitu ikhlas dalam menjalani masa demi masa. Di Sumedang beliau pun masih mengajarkan ilmu nya kepada masyarakat dengan kegiatan mengaji. Tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa sebenarnya beliau adalah pahlawan yang ditakuti belanda karena semangatnya. Dari kisah sejarah ini kita dapat menarik pelajaran mengenai tekad dan kegigihan disertai semangat yang tak pernah padam. Kerendahan hati dan ikhlas dalam menjalani proses kehidupan juga harus selalu dijaga, karena pahit manisnya kehidupan yang kita lalui tersirat sebuah makna dan pelajaran kehidupan.