Di dalam gelapnya malam yang sunyi,
Ku renungkan jejak waktu yang terus memudar.
Seperti pasir di telapak tangan yang terlepas,
Usia pun perlahan-lahan berjalan menuju kepergian.
Begitu banyak kenangan yang terukir,
Di dalam setiap langkah yang pernah dijalani.
Namun kini, mereka hanya tinggal bayangan,
Seiring waktu yang tak hentinya berlalu.
Dulu, aku adalah remaja yang penuh semangat,
Mengarungi lautan mimpi dan harapan.
Namun kini, rambutku telah memutih,
Dan keriput menari di wajah yang dulu masih muda.
Jejak waktu yang terus memudar,
Mengajarkan banyak pelajaran berharga.
Tentang kehidupan yang penuh liku,
Dan tentang kekuatan dalam menghadapinya.
Namun meski usia semakin berkurang,
Semangat dan keinginan tak pernah pudar.
Aku masih merasakan getaran hidup,
Menyala di dalam hati yang tak lekang oleh waktu.
Karena meski jejak waktu terus memudar,
Ada kekuatan yang tak tergoyahkan di dalam diri.
Menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan,
Menyongsong setiap hari dengan senyuman dan harapan.
Jejak waktu yang terus memudar,
Bukanlah tanda akhir dari segalanya.
Namun sebuah pengingat akan keindahan hidup,
Dan sebuah panggilan untuk menjalani setiap detik dengan penuh makna.
Di dalam jejak waktu yang terus memudar,
Aku menemukan kehidupan yang sejati.
Bersyukur atas setiap nafas yang masih terasa,
Dan siap mengarungi perjalanan yang tersisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H