Mohon tunggu...
Nur Sofiatul Zuhriyah
Nur Sofiatul Zuhriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Universitas Tidar

Seorang anak yang sedang menempuh pendidikan jenjang sarjana dengan basis keilmuan agrikultur. Mulai berani keluar dari zona nyaman pada bidang kepenulisan seiring hobi saya berupa scroll tiktok, baca buku self improvment, nonton youtube, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

PMM 4: Mengunjungi Kampung Wisata Kerajinan Purun Banjarbaru

18 Juni 2024   00:06 Diperbarui: 18 Juni 2024   00:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok Modul Nusantara Bausung Mengunjungi Kampung Purun (Sumber: TIM Dokumentasi Bausung)

Kekayaan alam kalimantan selatan tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesadaran penuh terhadap kelestarian alam berupa purun menggerakkan sifat kreatif masyarakat untuk mengembangkannya. Purun ialah tumbuhan liar yang berada dekat air atau rawa gambut banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kerajinan tangan seperti tikar, tas, dompet dan sebagainya. Pada Rabu, 1 Mei 2024 kelompok modul nusantara Bausung mengunjungi kerajinan tangan purun di Galoeh Bandjar kelurahan palam, kecamatan cempaka, kota banjarbaru, kalimantan selatan.   

Tempat tersebut telah berdiri sejak tahun 2012 dengan pengrajin para acil (sebutan bini dalam bahasa banjar) dan hasil kerajinannya terjual hingga ke luar negeri salah satunya Malaysia. Adapun proses pengolahan kerajinan tanaman purun sebagai berikut:

  • Pengambilan tanaman purun pada siang hari saat air sedang surut
  • Setelah itu, penjemuran tanaman purun di bawah sinar matahari hingga kering sekitar 3-4 hari pada cuaca panas. Pada cuaca mendung pengeringan tanaman purun mencapai 1 mingguan.
  • Setelah dipastikan kering, potong bagian pangkal dan ujung purun hingga bersih. Kemudian, purun ditumbuk menggunakan kayu,
  • Pada prosesi pewarnaan tanaman purun direndam dalam air mendidih yang sudah ditambahkan pewarna.
  • Tiriskan tanaman purun, dan serat purun siap dibentuk menjadi berbagai kerajinan tangan seperti tas, dompet, topi, hingga tikar

Para Acil Sedang Mempraktikkan Cara Menganyam Purun (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Para Acil Sedang Mempraktikkan Cara Menganyam Purun (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Proses penganyaman purun memerlukan waktu yang disesuaikan oleh besar kecilnya ukuran tas dengan  harga yang bervariasi. Para Acil Galoeh Banjar mengatakan bahwa "Penganyaman purun menghasilkan produk tas sebanyak 5 berukuran kecil per hari dan 2 hari untuk tas besar, dengan harga jual mulai Rp,5.000-Rp. 200.000an". Ketekunan beliau dalam mengembangkan kerajinan purun menjadi daya tarik wisatawan untuk belajar langsung bagaimana cara membuat berbagai macam kerajinan purun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun