Kekayaan alam kalimantan selatan tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesadaran penuh terhadap kelestarian alam berupa purun menggerakkan sifat kreatif masyarakat untuk mengembangkannya. Purun ialah tumbuhan liar yang berada dekat air atau rawa gambut banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kerajinan tangan seperti tikar, tas, dompet dan sebagainya. Pada Rabu, 1 Mei 2024 kelompok modul nusantara Bausung mengunjungi kerajinan tangan purun di Galoeh Bandjar kelurahan palam, kecamatan cempaka, kota banjarbaru, kalimantan selatan.  Â
Tempat tersebut telah berdiri sejak tahun 2012 dengan pengrajin para acil (sebutan bini dalam bahasa banjar) dan hasil kerajinannya terjual hingga ke luar negeri salah satunya Malaysia. Adapun proses pengolahan kerajinan tanaman purun sebagai berikut:
- Pengambilan tanaman purun pada siang hari saat air sedang surut
- Setelah itu, penjemuran tanaman purun di bawah sinar matahari hingga kering sekitar 3-4 hari pada cuaca panas. Pada cuaca mendung pengeringan tanaman purun mencapai 1 mingguan.
- Setelah dipastikan kering, potong bagian pangkal dan ujung purun hingga bersih. Kemudian, purun ditumbuk menggunakan kayu,
- Pada prosesi pewarnaan tanaman purun direndam dalam air mendidih yang sudah ditambahkan pewarna.
- Tiriskan tanaman purun, dan serat purun siap dibentuk menjadi berbagai kerajinan tangan seperti tas, dompet, topi, hingga tikar
Proses penganyaman purun memerlukan waktu yang disesuaikan oleh besar kecilnya ukuran tas dengan  harga yang bervariasi. Para Acil Galoeh Banjar mengatakan bahwa "Penganyaman purun menghasilkan produk tas sebanyak 5 berukuran kecil per hari dan 2 hari untuk tas besar, dengan harga jual mulai Rp,5.000-Rp. 200.000an". Ketekunan beliau dalam mengembangkan kerajinan purun menjadi daya tarik wisatawan untuk belajar langsung bagaimana cara membuat berbagai macam kerajinan purun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H