Mangdropship  menunjukkan saya jalan menuju gerbang "sukses berbisnis".  Judul ini saya angkat sebagai jawaban dari rasa penasaran saya sejak 8 tahun terakhir.
Pasalnya, mulai pensiun  1 September 2014 lalu saya bingung  duduk manis di rumah tanpa kegiatan yang berarti. Kecuali urusan sumur, dapur, dan kasur. Duh..., bosan.
Saat itu timbul keinginan saya untuk berbisnis online. Tetapi tak mengerti bagaimana caranya. Salah satu kenalan menyarankan saya agar menjadi seller dalam usaha jual beli online.
Saya gencar mencari  informasi. Googling sana browsing sini.  Namun tiada satu pun kiat-kiat yang saya temui sesuai dengan keinginan  di hati.
Setelah menimbang plus minusnya, kayaknya profesi  seller  kurang cocok dengan  kondisi, karakter, dan usia saya. Harus menyetok barang, melakukan pengemasan dan pengiriman, plus modal jutaan rupiah. Mending tidak tertipu. Bagaimana kalau uang sudah disetor ternyata  bisnisnya bohong-bohongan.
Risiko lain yang menjadi pertimbangan, bagaimana andaikan barang tidak terjual dalam jangka waktu tertentu. Kalau pakaian pasti ketinggalan model. Jika makanan dan kosmetik  ada masa expired-nya.
Si sulung pun  protes dengan berbagai argumen. Takut Emaknya ini dikomplain konsumen jika barang tidak sesuai pesanan. Â
"Untuk apa cari duit? Nikmati aja apa yang ada," katanya.
Saya menjawab santai, "Allah meninggikan  derajat orang yang mau bekerja.  Soal duit nomor sekian. Kalau bisa menghasilkan kenapa tidak. Yang penting cara memperoleh duitnya halal."
"Tak usahlah. Nanti ditabrak mobil saat mengantar barang ke  ekspedisi," balasnya. Â