Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Raibnya Bocah-bocah Penjaja Kue adalah Dampak dari 3 Hal

13 Agustus 2020   20:52 Diperbarui: 13 Agustus 2020   21:03 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan penjaja onde-onde di pemukiman penduduk Kota Sungai Penuh. Foto NURSINI RAIS

 Membeli jajanan keliling mewakafkan  sensasi tersendiri bagi kami anak kos era 70-an. Penjajanya anak-anak cowok usia SD-SMP.

Sebagian bocah-bocah tersebut menjual kue orang lain. Bukan bikinan orang tuanya sendiri.

Mereka hanya menerima komisi dari empunya  sesuai jumlah barang yang terjual. Uangnya mereka gunakan untuk meringankan beban hidup orang tua. 

Baragam kue mereka tawarkan. Yang paling  kami suka adalah godok paruik ayam berbahan baku singkong dan  kue mangkuak (mangkok) dari tepung beras.

Kue mangkuak pakai topi (atas) dan godok paruik ayam (bawah). Foto NURSINI RAIS.i
Kue mangkuak pakai topi (atas) dan godok paruik ayam (bawah). Foto NURSINI RAIS.i
Enaknya kapan tak ada uang, barteran sama beras pun jadi. Soal harga, penjualnya  yang menentukan. Biasanya, nilai beras dipatoknya di bawah pasaran.

Saya sekamar dengan teman-teman  dari desa TP, yang terkenal dengan sawahnya yang luas.  Setiap bulan stok beras mereka surplus. Daripada berkutu, lebih baik disimsalabim jadi kue. Nyantapnya bersama-sama. 

Zaman itu anak-anak  menjaja kue dan  es adalah hal lumrah. Trayeknya, jalanan di tengah Kota Sungai Penuh sampai ke lorong-lorong pemukiman penduduk.

Penjual kue berteriak-teriak dengan beban di kepala, pengasong es mempromosikan dagangannya dengan termos tentengan.

Kue mangkuak (mangkok) gula merah pakai kelapa. Sumber foto: httpkumpulanresepmasakan.info
Kue mangkuak (mangkok) gula merah pakai kelapa. Sumber foto: httpkumpulanresepmasakan.info
Umumnya pedagang cilik tersebut korban putus sekolah, karena ketiadaan biaya.  Ada juga yang berjualan sepulang dari sekolah.

Luar biasa. Mereka adalah petarung ulung. Masa kanak-kanak yang seharusnya dinikmati dengan bermain, mereka malah bergulat dengan beban hidup.

Sering mereka dibully. Lagi asyiknya berteriak, " Es ..., mambo ... es .... Pokat ...,  durian lemon, eeeesss ...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun