Pukul 11.35 WIB tadi siang, saya, cowok gantengku, tetangga, dan mungkin warga Kerinci dan Kota Sungai Penuh umumnya dikejutkan oleh gempa bumi. Guncangannya lumayan kuat.
Sedang asyiknya menikmati makan siang, saya terbirit-birit lari keluar rumah tanpa mengenakan jilbab, sambil menenteng piring berisi nasi. Sampai di luar suapan saya terus berlanjut. He he ...
Sementara si kakek ganteng minta saya tenang dan tetap siaga. “Mungkin ada guncangan kedua,” katanya.
Setelah ditunggu-tunggu, rupanya tiada gempa susulan. Hanya sekali getaran saja.
Mungkin karena trauma dengan gempa tahun 1995 yang lalu. Sampai sekarang, masyarakat Kerinci dan Kota Sunagai Penuh sangat sensitif terhadap gempa. Sekecil apapun goncangannya kami pasti tunggang-langgang lari keluar rumah.
Kecuali kejadiannya pada malam hari dan ayunannya tiada terasa karena tertidur pulas.
Lumayan sekarang. Saat gempa, anak-anak hanya ikut orangtuanya keluar tidak ada ketakutan yang berlebihan.
Beda dengan beberapa tahun setelah gempa 1995, apabila ada gempa, bocah-bocah menangis histeris. Wajar, karena gempa berskala 7.1 Richter tersebut guncangannya sangat kuat. Akibatnya, 84 nyawa melayang dan 7 ribu lebih rumah rusak. Belum lagi kehancuran lain seperti sarana-sarana umum.
Berdasarkan informasi resmi dari laman resmi BMKG, yang dirilis oleh jambiuptade di sini, Gempa bumi terjadi di Muko-Muko, Bengkulu, dengan kekuatan 5.7 Magnitudo, dengan kedalaman 24 km dan tidak berpotensi Tsunami.
Demikian sedikit informasi tentang kondisi Kerinci dan Kota Sungai Penuh pasca gempa yang cuman beberapa detik tersebut. Intinya, kedua daerah tersebut aman. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.
****