Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kita Buah Sepohon Cinta

27 Mei 2020   04:53 Diperbarui: 27 Mei 2020   04:56 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pohon Coklat di halaman rumah. Dokumentasi Pribadi

Tujuh fitri aku pergi
Membawa cinta yang  terbuang
Pokok rebah akarnya tumbang
Terhempas di jurang kehampaan 

Berkubang lumpur kesedihan

Dulu kau bilang tidak cinta
Karena kekasihmu  orang berpunya
Katamu dia bukan level
Modalnya  seuntil  sepeda ontel
Kau bertitah, "untukmu aja"

Setelah dirimu ditinggalnya pergi
Mata hatimu berpaling  liar
Cinta kasihku kau renggut paksa
Bibirmu bertutur menusuk kalbu,
"Aku mencintainya"

Mungkin nalurimu bersimbah lupa
Kita buah sepohon cinta
Darahku darahmu satu nyawa
Mengalir dari telaga yang sama
Lain ari-ari terpaut masa

Tujuh fitri aku menyepi
Belum terniat untuk kembali
Kecewa selalu menyiksa hati
Harapan indah tinggallah mimpi
Ditelan gelombang ego insani

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun