Yang susah diajak kompromi malah kaum manula. Sampai hari ini, mereka masih bersikeras melaksanakan shalat 5 waktu berjamaah di masjid. Kalau diberi tahu, mereka protes. "Apa kalian mengajak kami jadi orang kafir? Sakit, sehat, hidup dan mati manusia itu hanya Allah yang menentukan."
Setiap perantau yang pulang, sampai di kampung halaman mereka wajib melapor ke Posko Gugus Tugas desa tempatnya berdomisili. Selanjutnya diminta mengisolasi diri di rumah masing-masing selama 14 hari. Jika dalam kurun 2 minggu itu ada yang merasa kesehatannya terganggu seperti batuk pilek, demam, dan gejala lainnya, mereka harus memeriksakan diri ke puskesmas.
Hal senada disampaikan pula oleh sahabat saya Hj. Saleha. "Saya sedih. Telah seminggu lebih keponakan saya pulang dari Malaysia, selama itu pula dia mengasingkan diri di rumah orangtuanya. Kami belum diperkenankan untuk menemuinya," keluh nenek 60 tahun tersebut.
Selain itu, pekan tradisional juga telah dilarang beroperasi. Lazimnya, pasar yang berlokasi di Larik Ujo Desa Baru Tanjung Tanah itu dibuka setiap hari Minggu.Â
Kondisi serupa juga terjadi di Pasar Pagi Tanjung Tanah. Aktivitas ini yang paling sulit ditiadakan. Sebab, di sana emak-emak berbelanja ikan dan bahan keperluan dapur setiap hari. Mulai pukul 06.00 sampai pukul 07.30.
Mirisnya, seruan WHO agar masyarakat menggunakan masker ketika di luar rumah dan saat berada di tengah kerumunan manusia pun nyaris tak berlaku di kedua pasar tersebut. Apalagi yang namanya jaga jarak. Â
"Hal seperti  inilah yang membuat kita kewalahan. Tidak hanya di dusun kito. Malahan di kabupaten Kerinci umumnya. Mau bertindak tegas, pasar-pasar berskala pedesaan itu tempat rakyat mencari makan," kata Kades Tanjung Tanah.