Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"No Problem" dengan Ranjang Yuni Shara

8 Januari 2020   21:05 Diperbarui: 8 Januari 2020   21:04 3495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu belakangan, masalah ranjang Yuni Shara menjadi perbincangan hangat dikalangan publik. Hal ini barawal dari pengakuannya dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier melalui chanel  You Tube-nya.  "Saya Tak Pernah Orgasme."

Dalam kesempatan tersebut wanita cantik itu blak-blakan mengakui bahwa dua kali menikah, dia tak pernah menikmati orgasme saat berhubungan intim.

Suatu pengakuan yang mengejutkan. Dikala para pakar berusaha meyakini publik bahwa seks itu milik suami isteri dan harus dinikmati oleh kedua belah pihak, kakak kandung penyanyi Krisdayanti itu malah tidak pemperolehnya.

Yuni Shara menikah buat pertama kali dengan Raymond Manthey tahun 1993. Saat itu dia berusia 21 tahun. Rumah tangganya bubar dan hanya bertahan 4 bulan.

Tahun 2002  dia menikah lagi dengan Henry Siahaan, dikaruniai dua anak Cavin dan Cello. Biduk rumah tangganya pun kandas pada tahun 2008.

Sampai saat ini pelantun tembang Desember Kelabu itu mengaku lebih enjoy dengan statusnya sebagai janda, belum terbersit untuk menikah. Menurutnya pernikahan itu bukan semata-mata untuk memuaskan hasrat bercinta.

Setelah dikejar oleh Deddy Corbuzier, pengakuan lain pun tekuak. Baginya masalah seks (selama menjanda) tiada problem. Dia bisa menangani sendiri tanpa ngerepotin.

Hasrat bercinta bisa dipenuhinya dengan menggunakan sex toys, yang dibelinya di Holland saat berkunjung ke Belanda 3 tahun yang lalu. Di mana tidak seorangpun yang mengenalnya. Sehingga dia bebas bertanya seputar penggunaan alat seks tersebut.

"Tapi kapan  kepingin aja,"  kata Yuni Shara. Nada suaranya melembut.

"Elu bisa orgasme?' tanya Deddy.

Yuni Shara menjawab,"Bisa."

"Dengan cowok?"

"Enggak. Tapi bukan sesama perempuan," balasnya sambil tertawa.

Yuni Shara membeberkan dirinya sangat sulit mencapai orgasme, karena pernah menjadi korban KDRT oleh suami pertamanya. "Dampaknya sangat membekas dalam ingatan saya." tuturnya.  Trauma tersebut berlanjut pada pernikahan ke dua. 

Bahkan dia sudah berkonsultasi ke psikolog terkait masalah ini. Namun tidak mengubah keadaan. "Melayani, iya. Hanya pura-pura menikmati (orgasme) aja," akunya.

Memperhatikan penjelasan Yuni Shara bahwa dia cuma bisa orgasme dengan  menggunakan mainan seks, tidak dengan pria, saya menganggap ada sedikit kejanggalan. Mosok pakai barang palsu dapat, pakai barang asli tak dapat.  

Bukan bermaksud meringan-ringankan masalah. Patut diduga tiada problem dengan seksual Yuni Shara. Ia normal seperti perempuan lainnya. Barangkali belum menemui teknik yang pas dalam praktiknya.

Pada kesempatan ini, kita coba mengulitinya sedikit saja. Mana tahu ada Yuni Shara lainnya yang butuh informasi.

1. Pahami Apa Tujuan Berhubungan Intim

Bukan rahasia, tujuan utama pasangan suami isteri itu berhubungan badan adalah untuk "mencapai" puncak reaksi seksual yang diterima, baik oleh pria maupun wanita, yang ditandai dengan kenikmatan yang luar biasa.  Lazimnya disebut puncak kepuasan seks  atau orgasme.

Dimana-mana untuk "mencapai" sesuatu itu perlu usaha. Hal ini berlaku juga untuk urusan bercinta. Bagaimana dan apa saja upaya yang dilakukan? Jawabannya ada pada Anda masing-masing. Tidak etis nenek seusia saya membicarakannya terlalu dalam. Lagi pula menurut ahli, setiap wanita punya sensitifitas seksual berbeda.

Saya yakin, Yuni Shara berhasil "mencapai" orgasme dengan menggunakan  sex toys itu melalui usaha atau kiat khusus. Tidak mungkin begitu barang itu berlabuh  organ "pribadinya" langsung bereaksi tanpa adanya stimulus

Pertanyaannya, kenapa trik serupa tidak dia lakukannya saat berhubungan intim dengan suaminya. Bukankah menyelesaikan pekerjaan  berdua  lebih ringan daripada dilakukan sendiri?

Malu? Mungkin iya. Perempuan memang begitu. Terlebih masa-masa baru menikah. Di sinilah perlu komunikasi intens dan keterbukaan antara kedua pihak. Suami yang bijak tidak segois dan tak mau enak sendiri. Dia pasti berupaya memberi rasa nyaman (kepuasan) pada pasangannya.

Biasanya, wanita sehat dan normal menikmati seks lebih mendalam saat memasuki usia tua  tersebab banyak hal. Salah satunya rasa malunya telah jauh berkurang.

2. Sudah Fokuskah Anda?

Pikiran yang bercabang-cabang alias tidak konsen saat berhubungan intim dapat mengganggu kemampuan orgasme. Duit habis, beras tinggal sedikit, prasangka buruk, benci, sampai mengenang hal menyakitkan yang pernah dilakukan suami terhadap diri kita. Ini jelas-jelas membuat pikiran tidak fokus. Gelora seksual yang tadinya membara akhirnya mati layu. Patut diamini, yang terakhir inilah yang membuat Yuni Shara tak pernah mencapai orgasme.

Untuk menyingkirkan kekacauan  seperti itu, coba praktikkan rekayasa keindahan dalam hayal. Bayangkan saat itu Anda berdua sedang melewati malam pertama di kamar pengantin. Insyaallah bisa fokus.

3. Orgasme Bukan Suatu Keharusan

Orgasme merupakan tahap puncak kenikmatan dari sebuah hubungan intim. Umumnya, bagi laki-laki momen ini sekaligus merupakan rangkaian penutup dalam satu kali ronde permainan.

Beda dengan kaum hawa. Kadang-kadang beroleh duluan, lain kali dalam waktu bersamaan. Boleh jadi belakangan (kalau dikasih rangsangan ekstra). Tergantung reaksi seks masing-masing. Bahkan adakalanya tidak kebagian sama sekali. Terlebih suasana hati lagi kurang mood tersebab berbagai tekanan. Melayani pun kurang ikhlas. Sekadar melunasi kewajiban saja.

Kasus seperti ini dialami oleh banyak perempuan. Saya pernah membaca sebuah artikel, (sumbernya sudah lupa, he he ....). Intinya begini, bagi perempuan orgasme bukan suatu keharusan dalam "setiap" kali berhubungan intim. Masih ada hari esok. 

Terakhir saya mohon maaf,  artikel ini saya tulis sekadar pengingat. Bukan bermaksud menggurui. Bukan pula untuk porno-pornoan dan vulgar-vulgaran. Jujur, saya ragu memostingnya. Padahal penulisannya selesai sejak tiga hari lalu.  Salam dari Pinggir Danau Kerinci.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun