Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Calon Jodoh dan Tukang Bohong

1 November 2019   19:20 Diperbarui: 1 November 2019   19:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya mohon maaf kalau tulisan ini bernuansa  gosip. Daripada dia mundar-mandir di kepala saya, mending dibagikan  pada pembaca dan sahabat kompasianers. Semoga bisa  dijadikan pembelajaran.

Begini ceritanya.  Berjalan kaki ke perbatasan desa "GRT", adalah rutinitas saya dan nenek-nenek sebaya. Kegiatan ini kami lakukan  setiap keluar dari Musala usai menunaikan Salat Subuh.

Yang namanya desa, sebelum terbit matahari suasananya agak sepi. Terlebih jalur yang kami tempuh merupakan jalan Kabupaten. Di lingkungi sawah yang amat luas. Bersua pejalan kaki termasuk peristiwa langka. Kecuali mobil atau pengendara motor. Itupun pada hari-hari tertentu. Seperti hari pekan  yang lokasinya  beberapa kilometer ke arah barat.

Kebetulan, pagi Jumat  25 Oktober yang lalu, kami bertemu sepasang suami isteri dari arah yang berlawanan. Sepertinya mereka juga jalan-jalan pagi. 

Kami cuek, mereka pun acuh. Habis, tak ada kepentingan untuk mengkepo-kepoi. 

Pulangnya kami kembali berpapasan pada titik yang sama. Wajah keduanya asing bagi kami. Saya beranikan diri untuk menyapa.

Isterinya menjawab, "Kami dari kota P, Bu. Ke sini ada acara nikahan adik suami saya. Calon isterinya orang sini. Dia dokter, bekerja di kota kami. "

 "Kalau boleh tahu, namanya siapa, ya?"

"Cantika. (bukan nama sebenarnya). Bapaknya Pensiunan Polisi. Buka usaha di Papua. Ibunya Guru, telah meninggal."

"Tinggalnya?" Saya semakin penasaran.

"Satu, dua," Wanita muda itu menunjuk ke Desa GRT. "Nomor dua dari sini, Bu," tambahnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun