Saya kenal pemilik rumah yang dia maksud. Anaknya 3, semuanya cowok.
Ya, Sudah.  Mungkin Dokter Cantika lahir dan besar di rantau.  Saya senang.  Sebab kawasan  itu kumpulan keluarga angkat saya. Boleh jadi dia  cucu ibu angkat saya. Dalam hati saya berharap diundang di hari bahagianya kelak.
Sampai di rumah, saya telepon keponakan saya, yang notabene tetangga Dokter Cantika.Â
Sang keponakan tertawa . "Ini certa  episode ke 2, Bu. Dulunya Cantika ini memang kuliah di kebidanan, tetapi tidak selesai.  Setahun yang lalu dia juga pernah minta kawin dan ngaku-ngaku sebagai dokter. Entah tersebab apa rencananya  gagal. Terus dia menghilang. Sekarang balek lagi membawa  nyanyian yang sama," katanya.
"Tega-teganya dia berbohong. Calon laki dan keluarganya datang dari jauh diajak nginap di tempat tantenya. Padahal rumah orangtuanya bagus.
"Kasian cowoknya, mengharap  beristeri  dokter, ternyata terperangkap cinta tukang bohong. Awak anak petani, ngaku anak polisi. Emaknya banting tulang jadi TKW ilegal di Malaysia, dia bilang sudah mati."
Entah bagaimana kelanjutan dramanya saya tak tahu lagi.
Untuk diketahui, kota P berada  di luar propinsi.  Jaraknya  dari desa GRT  4 ratusan kilometer.
Ternyata  di era digital ini, untuk menggaet jodoh pun  oknum cewek cantik nekad  menempuh cara curang.
Tak heran, nenek-nenek pedusunan zaman dahulu alergi terhadap calon menantu dari luar kampungnya. "Entah dia penjahat atau  keturunan sakit jiwa." Begitu kata-kata yang sering mereka lontarkan.
Demikian kisah ini saya tulis berdasark an apa yang saya dengar dan lihat. Sekali lagi mari kita ambil positifnya, buang jeleknya. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.