Pesta pernikahan adalah ritual syakral yang diharapkan terjadi sekali seumur hidup.Â
Tak terbayang betapa sibuknya tuan rumah menyiapkan segalanya agar acara sukses sesuai harapan. Menyewa dan memilih paraweding, mengatur tempat (bagi yang pestanya tidak menyewakan gedung khusus), sampai ke memikirkan masalah kateringan dan dana.
Menurut pengalaman, dalam menyelenggarakan sebuah pesta apapun jenisnya, hal yang paling dikhawatirkan tuan rumah adalah kekurangan lauk atau sambal.
Untuk mewanti-wanti, pemilik hajad biasanya berprinsip, lebih baik kelebihan stok daripada kekurangan. Sebab, yang namanya pesta segala sesuatunya disiapkan untuk memuaskan tetamu.
Dalam bertamu memang dibatasi adab-adab tertentu, namun selalu ada saja pribadi yang nakal.
Saya dan mungkin juga Anda sering menyaksikan dalam sebuah pesta pernikahan atau perjamuan lainnya, oknum undangan mengambil ransum dalam porsi jumbo.
Bahkan melampaui batas kewajaran. Setiap macam lauk yang terhidang di prasmanan dia sapu. Sehingga isi piringnya monjong seperti gunung merapi.
Sekiranya dia makan sampai habis, tuan rumah pasti bangga. Tertanda sajian yang disuguhkan laris manis.Â
Celakanya, sang tamu berhenti makan menyisakan isi piring yang masih banyak. Disertai beberapa potong lauk. Di sisi lain, tak jarang undangan yang datang belakangan tidak kebagian.
Susah ditebak, apa motifnya mereka berbuat demikian. Apakah menunya keasinan atau kurang enak. Atau sang oknum pamer gengsi.