Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Awas! Gara-gara Sayang Anak, Anda Diperbudak "Bank 47"

30 Juli 2019   16:40 Diperbarui: 1 Agustus 2019   02:57 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : hidayatullah.com

Terbelit utang gara-gara menutupi  kebutuhan perut itu soal biasa. Tetapi demi gaya hidup seseorang rela diburu rentenir itu adalah celaka.

Demikian telah dipraktikkan oleh Bu Neni (bukan nama sebenarnya), seorang ibu rumah tangga dua anak. Dian kelas 1 SMP dan Yogi 4 tahun. Untuk membeli baju bagus, sepatu dan tas mahal, serta HP harga jutaan rupiah buat Dian, Bu Neni memasrahkan dirinya menjadi nasabah lebih dari 3 "bank 47" alias bank keliling.

Tak jelas sudah berapa jumlah tunggakannya numpuk. Yang pasti, setidaknya ada 5 pemberi pinjaman bergiliran datang menagih setiap minggunya.

Tiada jalan lain. Isteri pekerja serabutan itu harus main kucing-kucingan. Kapan jadwal penagih datang, dia kabur entah ke mana. Si bungsu Yogi pun dipaksa berbohong, sesuai pesan  Emak-nya. "Kalau. Abang kredit nanya, bilang Emak pergi ya, Nak."

Plus minusnya bank keliling tak perlu saya bahas. Sebab usaha yang berkedok koperasi  itu sudah dikenal  dari Sabang sampai Meraoke. Ramah memberi pinjaman, marah saat menjemput tagihan.

"Habis mau bagaimana lagi. Teman-temannya punya HP mahal semua. Dia cuman nokia gede tahun 2002. Kasian," kata Bu Neni ketika dinasehati  Emaknya yang tak lain adalah Nenek  Diana. Si nenek risih dengan penagih berseragan hitam putih itu silih berganti  mendatangi rumahnya.

"Emak tahu apa? Tak pernah sekolah tak ngerti perasaan anak. Zaman saya dahulu rekan sekelas tiap  hari jajannya banyak dan enak-enak. Giliran saya, beli lontong seminggu sekali saja susah. Anak saya jangan sampai ketularan nasib Emak-nya."

Nenek 80  tahun itu hanya diam  tak berkutik.

Celakanya, kasih sayang Bu Neni berbanding terbalik dengan sikap putrinya. Diana tidak nurut kepada nenek dan orangtua. Tak mau membantu ibunya nyuci piring dan  bersih-bersih. Apalagi nyuci pakaian.  Sepanjang hari main HP. Ditegor melawan, tak dibelikan pulsa oleh emaknya, nuntut dan marah-marah.

Menyimak  ilustrasi di atas, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Salah duanya,

  • Dalam mendidik anak, Bu Neni terjerembab dalam pikiran yang salah.

Memang tiada aturan yang melarang seseorang untuk menyayangi  putra-putrinya.  Baik ditinjau dari segi agama maupun tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Namun, jika ditempatkan dengan cara yang salah, ceritanya akan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun