Zaman sekarang semakin banyak masyarakat memanfaatkan tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit.  Hal ini disesebabkan kian tingginya kesadaran publik akan bahaya  obat-obatan modern yang mengandung  bahan kimia. Apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit lain. Tapi bukan berarti obat tradisional tidak berisiko. Terlebih bila dikonsumsi secara membabi buta.
Saya pernah mengalami pengalaman buruk. Awal tahun 2017 saya iseng mengecek kadar kolesterol pada seorang dokter di Puskesmas. Hasilnya kolesterol saya berada pada angka 227 mg/dl. Kata sang dokter, skor ini lebih tinggi daripada normalnya yaitu kurang dari 200 mg/dl.
Selanjutnya dokter itu bilang,  kolesterol pada tataran 227 mg/dl  belum terkategori tinggi. Kecuali  mencapai 240 mg/dl.
Meskipun tubuh saya tidak menunjukkan gejala apa-apa, saya agak panik. Dua hari kemudian saya bertemu teman lama. Dia menganjurkan agar minum air rebusan daun salam.
Saya langsung mempraktikkannya. Segenggam erat daun salam saya rebus dengan dua gelas air putih hingga tersisa satu gelas. Sebelum tidur saya minum sampai habis. Seketika perut saya mual disertai nyesek. Besoknya, setiap diisi  seakan  di dalamnya tak ada ruang untuk menampung makanan. Apa-apa yang dimakan, serasa nyangkut di bawah kerongkongan. Sesekali  dada terasa panas. Susah bernafas, terutama saat berbaring.
Saya tidak ngasih tahu suami bahwa habis minum obat herbal. Takut dimarahi. Gejala itu berlangsung selama tiga hari. Karena tak ada tanda-tanda kesembuhan, terus diajak suami ke dokter. Hasilnya, Dokter menvonis kadar asam lambung saya tinggi. Kepada dokter saya juga merahasiakan apa sebenarnya yang telah terjadi.
Setelah minum obat, baru enakan. Saya menyimpulkan,  berarti daun salam tidak cocok bagi lambung saya. Saya tanyakan kepada Om Google.Tak ada yang salah dengan daun salam. Saya berpikir, mungkin dosisnya berlebihan. Untuk menurunkan kolesterol  dianjurkan  10-15 lembar. Derebus dengan 3 gelas air sisa 1 gelas, diminum 2 kali sehari. (doktersehat.com). Lagi-lagi otak saya mengkaji, karena kecerobohan, alat pencernaan sendiri menjadi korban overdosis. Â
Sebulan kemudian, saya minum lagi sesuai jumlah yang dianjurkan (10 lembar). Apa yang terjadi? saya jatuh 2 kali pada lubang yang sama. Perut saya mual dan nyesek untuk episode ke 2. Tetapi, tidak separah sebelumnya. Tak ada pilihan lain ya, ke dokter lagi.
Saya belum putus asa. Terus mencari informasi tentang obat tradisional yang cocok buat menurun kolesterol. Maksud saya mumpung penyakit  belum terlanjur parah. Maret 2017, saya temukan herbal lain.Â
Yaitu kunyit yang biasa dijadikan bumbu masak. Sesuai anjuran, 10 gram rimpang kunyit dicuci bersih dan diiris tipis, direbus dengan 2 gelas air, sisa 1 glas, minum 3 kali sehari selama 12 minggu. (kompas.com).