Lagi-lagi otak kecil saya menganalisa. Makanan apa kira-kira yang tidak disukai oleh tubuh saya. Tuduhan tertuju pada kunyit. Hari itu juga saya ucapkan selamat tinggal padanya.
Beberapa bulan kemudian putri saya minum jamu. Bi Jamu keliling itu menawarkan saya, Â " Minum gak Bu?"
Saya balik nanya."Seumuran saya bagusnya jamu apa?"
"Kunyit aja, Bu. Ini saya racik sendiri. Seratus persen murni tanpa pengawet tanpa resep," balasnya.
Saya mengamini.
Woduh ....  Mati aku. Tengah malam, tatkala asyiknya menikmati tidur, saya terbangun. Kasus serupa terulang kembali. Justru lebih dahsyat daripada sebelumnya. Lama sekali. Keramnya hilang setelah saya urut pakai balsem. Semenjak  itu saya menganggap dua benda herbal itu ditolak oleh tubuh saya. Saya tak mau mengosumsinya lagi.
beberapa minggu kemudian, sebuah stasion televisi swasta membahas tentang penyakit kram. Â (maaf, saya lupa saluran tv apa). Katanya, kram termasuk strook ringan. Mengerikan sekali.
Saya kapok dan tak mau lagi sembarangan minum obat. Meskipun ramuan tradisional hasil olahan sendiri. Kecuali atas saran dan petunjuk dokter. Â Ini keluhan saya. Bagaimana dengan Anda? Semoga bermanfaat dan salam sehat penuh rahmat, semoga berkat dunia akhirat.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H