Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Begini Cara Masyarakat Inggris Mengelola Barang Bekas

17 Oktober 2018   23:14 Diperbarui: 18 Oktober 2018   15:32 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama memasuki wilayah Selly Oak Birmingham, saya terpana melihat barang-barang terkapar di halaman beberapa  rumah penduduk. Ada furniture, prangkat elektronik, buku, perabot dapur, sampai ke sepeda.

Benda-benda itu dikeluarkan pemiliknya dari rumah dalam rangka bersih-bersih. Ada pula masyarakat umum dan mahasiswa yang pindah kontrakan ke lain tempat. Atau mahasiswa dari dalam dan luar negeri yang telah menyelesaikan kuliah, akan kembali ke daerah atau negara  asalnya.

Di Inggris, urusan menyewa rumah terbilang rumit. Klien diwajibkan membayar deposit. Setelah kontrakan berakhir, rumah harus dikembalikan seperti semula. Jika ada bagiannya yang rusak, tuan rumah tak segan-segan memotong uang jaminan tadi. Sesuai nilai kerugian yang mereka derita.

Aturan lainnya, penyewa tidak  diperkenankan meninggalkan material sekecil apa pun. Kecuali inventaris rumah. Seperti kulkas, kompor, macrowive, dan lain sebagainya.

Biasanya, mahasiswa asal Indonesia yang mau pulang, mewarisi barangnya  kepada rekan mahasiswa  senegara yang masih menyelesaikan kuliah di sana.

Onggokan barang bekas tersebut mencapai puncaknya pada bulan Juni. Dikala  itu masa peralihan dari penyewa lama ke penghuni baru. Khusus pakaian, bersamaan pula dengan peralihan musim semi (spring) yang relatif dingin, ke musim panas (summer). Sehingga pakaian winter tidak dibutuhkan lagi.

Sayangnya tidak ada pemulung. Semasa tinggal di Sally Oak, saya tidak menemui satu pemulung pun. Selain tetangga asal Gambia bernama Alin. Setiap bulan Juni, dia sengaja meliburkan diri dari pekerjaan tetapnya untuk memulung. 

Perolehannya dia lego kepada tangan ke-dua, untuk dijualkan kembali ke pasar-pasar Car Boot yang  terdapat di berbagai kota di Birmingham. 

Car Boot adalah pasar terbuka kayak bazar,  khusus menjual barang-barang bekas. Di sana harga-harga lebih murah ketimbang di toko charity.

Untuk diketahui, tidak semua orang Inggris mau mendonorkan barang yang tak diinginkannya kepada pihak mana pun. Dan tidak ada pula paksaan baginya untuk menyumbang. Masyarakat golongan ini, menjual sampah spesialnya tersebut langsung di pasar-pasar Car Boot.

Kembali ke cerita Alin. Pria berkulit redup tersebut mengaku meraup 4000-5000 poundsterling untuk sekali musim. Jika dirupiahkan kurang lebih antara 80-100 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun