Usai makan, saya dan suami beranjak meninggalkan Rumah Makan Marantama Kota Sungai Penuh. Biasanya memang begitu, jika lagi mood dan waktu zuhur masih jauh, kami jalan-jalan dulu ke tempat teman lama atau berleha-leha di tengah kota.Â
Siang itu saya mengajak beliau bersilaturrahmi ke tempat Pak Iskandar Zakaria. Penulis mushaf Al-Quran terpanjang sedunia, budayawan, seniman, sekaligus kolektor benda-benda kuno di Kelurahan Dusun Baru, tepatnya di kaki Bukit Sentiong bagian utara Kota Sungai Penuh.
Seperti biasanya, pintu beliau selalu terbuka untuk umum. Saya ketuk beberapa kali. Seorang wanita muda menyambut kami dengan senyum.Â
Ketika saya menanyakan orang yang dicari, wajah cantik itu meredup ketika. Dengan suara tersendat dia menjawab, "Bapak sudah meninggal, Bu. Tanggal 10 Agustus kemaren.
"Wanita yang mengaku bernama Meiza Tety Qadarsih ini adalah putri pertama dari 4 bersaudara hasil pernikahan almarhum dengan istrinya Zainidar yang telah mendahulukannya beberapa tahun lalu.
Efek ketinggalan informasi. Padahal kediaman kami hanya berjarak 15 km. Sekali tiga hari saya pasti ke kota Sungai Penuh. Berita kematian beliau telah menggemparkan daerah Jambi. Seluruh media cetak dan online Kabupaten Kerinci, kota Sungai Penuh, dan provinsi mewartanya.
Salah satu ilmu langka yang dimiliki kakek 9 cucu dan 2 cicit ini adalah fasih baca tulis huruf Incung, yaitu, aksara Kerinci berupa peninggalan peradaban dunia. Setahu saya, di kota Sungai Penuh dan Kerinci, ada dua nama yang pakar di bidang tersebut. Yakni, Pak Iskandar Zakaria (almarhum) dan Depati Alimin. Sekarang, aset provinsi Jambi itu tinggal satu.
Semasa hidupnya, penerima Anugerah Gong Bertuah dan PIN Emas dari Gubernur Jambi ini telah menciptakan serta menata ratusan tari dan musik. Baik tari tradisioanal Jambi maupun tari daerah lain. Beberapa di antaranya telah dipentaskan di beberapa kota di Indonesia. Bahkan ke beberapa negara Asia.Â
Bulan-bulan terakhir sebelum sakit pun beliau masih aktif menari/melatih tari di Sanggar Budaya Ilok Rupo milik pribadinya. Tak salah, tahun 2010 Kementerian Kebudayaan dan pariwisata RI memberikannya gelar Maestro Seni Tradisi.
Tidak hanya itu, tahun 1991 naskah sandiwara radio yang ditulisnya mendapat penghargaan terbaik III Nasional dari RRI pusat Jakarta. Tulisannya yang lain, Tambo Sakti Alam Kerinci yang terdiri dari 5 jilid telah diterbitkan dalam bentuk buku oleh Pemerintah Kerinci dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.