Emak tercinta sangat berbahagia menyambut kehadiran kami. Senyum manis merekah di bibirnya. "Alhamdulillah, kalian pulang. Emak tidak mengharap kau membawa oleh-oleh. Yang penting kalian pulang setiap lebaran." Demikian beliau berujar saat saya serahkan bawaan kepadanya.
Sayangnya, kata-kata itu hanya tinggal kenangan. Tak mungkin terdengar lagi sampai jiwa dan raga ini tiada lagi menyatu. Saya hanya memenuhi keinginan beliau mudik lebaran cuma kurang lebih sepuluh kali Idul Fitri berikutnya. Selepas itu, rutinitas tersebut tak saya lakukan lagi. Alasannya, merasa nyaman lebaran di rumah sendiri, punya anak kecil, ditambah kesibukan-kesibukan lain.
Untuk selanjutnya, saya pulang ketika ada urusan dalam keluarga saja. Seperti hal kematian, pernikahan adik-adik, atau keponakan. Emak yang sering ke tempat saya nengok cucu.
Apabila beliau sakit, sukanya minta dibawakan sambal lado buatan saya sendiri. Separah apapun sakitnya, kalau saya pulang Emak langsung duduk dan minta makan. Saya sangat menyesal, ketika beliau pergi saya tidak ikut mendampingi dan mengantarkan jenazahnya ke pemakaman. Sebab, saat itu saya dan suami sedang berada di kota Jambi dalam rangka mengikuti Manasik Haji.Â
Kini giliran saya yang menunggu kembalinya anak cucu saat lebaran. Menjelang Idul Fitri seperti sekarang, saya sering khawatir mereka tidak datang. Betul kata orang tua-tua. Apa yang telah diperbuat pada masa muda, menjadi ketakutan pada masa tua. Dahulu permintaan Emak tercinta agar semua anak cucunya berkumpul di hari raya, saya menganggapnya sekadar basa-basi saja.Â
Saya berpikir, toh masih banyak anak cucu yang lain tempatnya mencurahkan rindu. Ternyata tidak. Beda anak lain karakternya, beda pula rindunya jika berjauhan. Meskipun kasih dan sayangnya tetap sama rata dan sama rasa.
Beruntung, kedua menantu saya setia pada pasangannya. Setiap Idul Fitri mereka tak pernah tinggal bersama orang tuanya. Kecuali lebaran haji. Entah saya terlalu egois karena tidak siap berhari raya tanpa mereka.
Demikian curhat ini saya tulis sekadar berbagi rasa. Melalui tulisan ini pula saya berpesan kepada yang muda-muda, jangan sekali-kali mengabaikan harapan ibumu mumpung beliau masih hidup, kalau tak mau menyesal untuk selama-lamanya.
***
Simpang Empat Danau Kerinci, 13062018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H