Setelah punya followers di facebook dan  bergabung dengan beberapa komunitas kepenulisan, saya banyak belajar dari dosa yang pernah saya lakukan (dalan hal menulis). Melalui diskusi di grup, saya tidak gengsi menerima masukan dari rekan senior, meskipun usianya sepantaran cucu saya. Semenjak itu  rasa percaya diri ini berangsur tumbuh. Saya mulai berani merangkai kata untuk dikonsumsi publik, khususnya buat facebookers. Meskipun belum mahir, dan banyak salah daripada betulnya.
- Memperluas area menemukan jodoh
Dua tahun lalu, gadis desa tetangga saya mengikuti jejak sang pedangndut. Anak kenalan saya tersebut juga berjodoh dengan bule. Sama seperti Siti, bibit-bibit cinta kedua anak manusia itu tumbuh dan berkembang  di atas suburnya alam jejaring sosial. Mula-mula, hubungan mereka ditentang oleh orangtua perempuan. Maklum, orang kampung sini yang masih mengagungkan perkawinan keluarga. Biar warisan sawah dan tanah tidak jatuh ke tangan orang lain. Setelah sang  pria dan  ibundanya datang secara baik-baik dari Turki sana, pihak wanita pun luluh.
- Ajang berbisnis/memasarkan produk
Di tempat-tempat arisan, sering saya mendengar keluhan dari beberapa pedagang pakaian. Lokasi tokonya di tengah kota. Mereka bilang daya beli masyarakat semakin menurun. Omsetnya jauh berkurang dibanding dalam kurun dan kondisi yang sama pada tahun sebelumnya. "Padahal Ramadhon semakin dekat."
Saya berpikir. Bukan daya beli masyarakatnya yang lemah. Rezekinya yang sudah terbelah. Sebagian  customer  beralih ke lain style. Merasa lebih nyaman belanja onlene ketimbang offline. Terutama membeli pakaian. Harganya wajar tidak mencekik. Coba belanja di toko-toko konvensional. Nilai barang seratus ribu, dibandrolnya dua ratus lima puluh ribu. Pengen menawar agak rendah tidak tega.
Saya pun ikut mencicipi praktisnya memasarkan barang di jejaring sosial. Dua buku novel saya Jatuh Bangun Mengejar Sayang dan Rindu di Ujung Mimpi, terbit indie awal tahun ini. Keduanya saya jual onlene. Lumayan. Daripada menitip di toko buku dengan pi  selangit. Efeknya, harga buku melebihi tarif  novel best seller. Siapa yang sanggup membeli, coba!
- Mencari  teman curhat
- Ajang mengeksperesi diri
Terkait hal di atas, barangkali ada baiknya ikuti kisah berikut ini.
Berkat kecerdasannya dalam mengekspresi diri, seorang sahabat sekomunitas saya memperoleh keajaiban yang luar biasa. Ceritanya  berawal dari rutinitasnya mempublikasikan artikel di akun facebook. Tersebab tulisannya yang cendrung kontradiktif, wanita yang senang dipanggil Emak tersebut menuai kecaman dari berbagai kalangan. Dia sering diserang dan dicaci-cerca. Bahkan pernah diteror oleh pihak yang berseberangan dengannya dalam  memandang kondisi bangsa dan negara saat ini. Namun, Emak tak pernah bosan menyuarakan apa yang diyakininya benar. Â