Pertama menginjakkan kaki di area City Centre Birmingham Inggris, pertengahan Mei 2015, saya terpana memperhatikan tingkah manusia di sekitar. Berjalan langkahnya panjang dan cepat, seperti diuber komplotan  penjahat. Apakah itu laki-laki atau perempuan, orang tua atau muda, si cantik atau si jelek. Katanya demi efisiensi waktu.
Tradisi begini telah berjangkit kepada anak, menantu dan cucu saya di sana. Suatu hal yang sangat asing bagi saya yang terbiasa dimanjakan oleh motor. Di tanah air, membeli garam di warung yang jaraknya selempar batu pun saya pakai motor. Sungguhpun demikian, saat berjalan bersama mereka, saya tidak menyerah kalah. Meskipun sering tercecer jauh di belakang.
Memasuki usia kepala enam, kebiasaan shoping saya anjlok hingga sembilan puluh persen. Namun selera traveling meningkat berkali lipat. Apabila pergi ke suatu tempat, saya mengutamakan  melihat-lihat apa yang tak pernah saya temui sebelumnya. Kemudian saya jadikan  bahan cerita untuk dibagikan kepada kerabat.Â
Semasa berkunjung di Birmingham City Centre, saya sering berhenti sejenak ketika menemui sesuatu yang aneh versi saya. Tujuannya merenung dan mencatat hal apa saja objek amatan tersebut yang menarik. Untungnya anak dan menantu sangat sabar mendampingi saya. Barangkali mereka tahu ibu mertuanya ini nenek udik
Ingin tahu, apa saja keganjilan yang menjadi pusat perhatian saya selama sehari di Birmingham City Centre?
- Bangunan tua
Seperti kota-kota di Indonesia, Birmingham City Centre adalah pusat kegiatan ekonomi dengan gedung-gedung pencakar langit dan tempat berkumpulnya manusia. Bedanya, kota ini kaya dengan bangunan tua yang terbuat dari bata merah dan masih terawat. Sulit dibayangkan, bagaimana kiranya para pekerja zaman dahulu, membuat konstruksi yang begitu kokoh, indah, dan megahnya.
- Insan berlawanan jenis berciuman di tempat umum.
Waktu keluar dari New street Station hendak menuju ke kawasan pertokoan, kami berpapasan dengan seorang cewek. Kurang lebih delapan meter beriringan dengannya, kami tertinggal di belakang. Kemudian, Â wanita muda berkulit gelap tersebut meneriaki teman cowok. Â Posisinya sekira dua puluhan meter di depan dia. Yang disapa pun bereaksi dan membalas dengan suara yang tak kalah menggelegar. Terus, sepasang anak muda tersebut saling mendekat sambil mengembangkan kedua ketiaknya. Hep. Astaga ....(Maaf), mereka langsung lengket dan berciuman sejadi-jadinya.
Sungguh, selaku nenek kampung kolot bin kuno, bagi saya peristiwa begitu adalah sesuatu yang luar biasa dan tiada terpikirkan sebelumnya. Tubuh saya bergetar hebat disertai bulu roma yang melandak. Bukan apa-apa. Saya malu dan malu banget. Â Sebab, adegan tersebut berlangsung di hadapan saya, anak, menantu, dan dua cucu saya yang masih balita.
Karena telah terbiasa, hari-hari berikutnya mata saya tak canggung lagi menyaksikan hal seperti itu.
- Perempuan muda merokok.
Penikmat rokok yang pertama saya temui di bumi Inggris adalah wanita cantik dan muda. Sambil berjalan tergesa-gesa, mereka menghirup rokoknya di tengah kota, layaknya kaum Adam di tanah air.
Menurut salah seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Birmingham, sejatinya, cara masyarakat Inggris menikmati rokok lebih beretika daripada bangsa kita. Di ruang khusus dan tertutup pula. Bahkan seorang pengendara mobil atau motor, sengaja berhenti pada suatu tempat sekadar untuk melampiaskan kebebasannya untuk merokok. Saya berpikir, mungkin tradisi begini hanya berlaku bagi kaum pria saja. Makanya, selama di Inggris saya lebih sering menemui cewek merokok daripada cowok.
- Disabilitas yang berseliweran