Mohon tunggu...
Prayono Nursigit
Prayono Nursigit Mohon Tunggu... -

bapak dari 2 orang anak yang masih ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Evakuasi = Harga Diri

7 Februari 2011   12:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:49 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesir terus menjadi sorotan, revolusi yang terjadi begitu cepat menimbulkan berbagai masalah. Soal intern mesir kita tidak ikut-ikutan, itu urusan orang mesir mengatur rumah tangga mereka. Masalah yang dihadapi justru keberadaan orang-orang asing itu sendiri, baik yang berkaitan dengan keamanan mereka dari segi tempat tinggal, dokumen ijin tinggal atau penanganan evakuasi seiap negara terhadap warganya.

Hari demo besar-besaran itu 'yaumul ghodhob' memang mencekam, orang mesir yang sepertinya memang sudah memendam kejengkelan benar-benar meluapkan amarahnya. kami sebagai pendatang asing -meskipun berstatus pelajar- jelas merasa terancam, apalagi faktor pemicu revolusi ini lebih tertumpu pada masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial. rasa ketar-ketir menyelimuti hati kami, berita demi berita saya ikuti melalui layar TV. semakin genting itu kesimpulan kami.

Salah satu chanel tv mesir -al faro'in- milik DR. taofik Ukasyah menyiarkan berita tentang lepasnya para napi dari penjara-penjara mereka -abu Za'bal, al badrsen, wadi al nathrun-telepon distudio tv itu terus berdering melaporkan berbagai aksi penjarahan. Polisi?? sudah tidak ada lagi dipos-pos mereka. genaplah sudah suasana hari itu untuk digambarkan lebih dari sekedar mencekam. Rakyat..yah keamanan ada ditangan rakyat, setiap dari mereka memegang senjata, parang, pistol bom molotof dan besi-besi panjang apa saja yang bisa dijadikan pengamanan untuk berjaga-jaga dikampungnnya masing-masing, kecurigaan sedikit saja akan berakibat fatal, dalam hitungan detik kesalahan itu akan dibayar dengan nyawa.

Evakuasi. akhirnya terdengar berita tentang evakuasi , 'kita akan dievakuasi' kata kawan saya, terasa lega hati kami,-meskipun ada perasaan bingung gimana nanti balik ke mesirnya lagi- karena memang hanya itu yang diharapkan oleh pelajar-pelajar asing ditengah-tengah ketidakpastian suasana, ketegangan dan simpang siurnya berita penjarahan.
ditengah-tengah kami sedang membicarakan tentang evakuasi ponsel saya berdering "kamu ikut pulang ke indonesia?? saya dengar pelajar indonesia mau di hantar balek pakai pesawat garuda?? kata kawan saya orang malaisyia
"saya ndak pulang tapi istri dan anak-anak akan saya daftarkan untuk dievakuasi, gimana kawan-kawan malaisyia?' jawaban saya
"belum tahu lagi kapan ada evakuasi, enak ya pelajar indonesia ada pesawat yang hantar balek, dipungut beaya kah atau majjanan (gratis)?'
"gratis." jawab saya.
"ooo gitu' lagi-lagi dia merasa heran.

"enak pelajar indoensia' kalimat itu benar-benar membuat dada saya sedikit lega. inilah moment tepat bagi kami untuk merasa bangga menjadi bangsa indonesia, bangga memiliki presiden yang begitu perhatian dengan generasi penerusnya, president yang tanggap denga situasi dan kondidi. setelah selama ini kami seperti anak yang kurang terawat, padahal dari segi akademis pelajar indonesia jauh diatas pelajar-pelajar negara lain jumlah peljar yang mengambil s3 saja belasan lebih apalagi yang s2 nya, alla kulli hal...hilanglah image saya bahwa pemerintah selalu lamban menangani masalah -lapindo, wasior dan kasus -kasus lain- saya perlu acung jermpol.

tapi tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya tapi benarkah saya harus berbangga hanya karena kami akan dievakuasi lebih cepat dari malaisyia??keraguan muncul di benak saya, tidak mungkin malaisyia dengan pelajarnya yang berjumlah 11 ribu orang, separuh lebih dari mereka kuliah dikedokteran dengan beasiswa dari kerajaan yang sebulannya bisa mencapai $300-$500, kerajaan malaisyia yang telah menyediakan untuk anak didik mereka komplek perumahan terdiri dari 5 gedung dengan jumlah tingkat antara 6-7, belum lagi yang tersebar di kawasan strategis yang rata-rata memiliki 11 tingkat bahkan gedung pusat mahasiswa mereka yang berada di daerah abasiah lebih besar dari kedutaan kita akan membiarkan pelajarnya terlantar. tindak mungkin, guman saya

"saya pulang esok'. kami akan dievakuasi semua ke jedah kemudian diterbangkan ke malaisyia, semua akan diangkut dalam tiga hari -sehari setelah yaumul ghodhob- dalam tempo tiga hari kami sudah harus kosong mungkin tinggal 50 orang saja yang tak mau pulang" kata kawan malaisyia.
'betulkan" suara lirih saya , kerajaan mereka ternyata telah mengambil langkah cepat mengevakuasi pelajarnya hanya dalam waktu 3 hari mereka bisa mengevakuasi hampir semua pelajarnya. yang tersisi hanya mereka yang tidak mau pulang ada beberapa yang terlambat tapi itupun tidak banyak. hilanglah rasa bangga saya lagi-lagi kita kalah dengan negara tetangga kita. karena sampai saat ini kita baru bisa mengevakuasi sekitar 1100 orang dengan tiga pesawat. brunai, singapura ?? jangan dibicarakan. Brunai, satu hari setelah demo besar-besaran itu pelajarnya langsung ditelpun oleh kedutaanya" cepat kalian turun dibawah apartemen masing-masing, akan dijemput dengan mobl dan langsung di bawa ke bandara tinggalkan semuanya bawa paspor dan baju secukupnya." mereka masuk bandara pun lewat pintu VIP. singapura, pesawat mereka langsung datang dan menyambut mereka karena jumlah mereka memang tidak banyak.

yah itulah..tentang evakuasi WNI, yang meninggalkan kesan harga diri baik dihadapan negara lain atau bahkan sesama warganya, pelajar yang memliki pemerintah yang tanggap dan cepat dalam mengevakuasi pasti akan bangga tapi pelajar yang pemerintahanya lambat hanya bisa menahan diri, menunduk seperti seorang anak yang hanya mampu memandang kawannya makan permen yang dibelikan oleh bapaknya, kapan saya akan menikmati permen itu?? sedangkan bapaknya asik belanja barang-barang yang lain.

semoga keterlambatan evakuasi ini hanya sekedar masalah teknis, bukan karena alasan ingin mengabaikan pelajarnya atau bapak preisden kita berprinsip :'alon-alon waton kelakon'.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun