Sebelumnya logika itu sebenarnya apa to? Sebenarnya logika itu penting? Logika itu sama seperti dengan berpikir. Kalau berpikir sendiri itu proses umum untuk menentukan isu dalam pikiran. Sedankan logika sendiri adalah ilmu untuk berpikir. Walaupun ada dua orang dimana orang tersebut berpikiran sama akan tetapicara penyampaian mereka yang berbeda dan mungkin yang satu logis dan yang satunya bisa jadi tidak logis.
Ada bebrapa hal yang juga dapat diperhatikan, apabila seseorang sudah mengalami cacat pada otaknya maka dia sudah tidak dapat diubah lagi. Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Dan apabila lebih dai 200 tahun lallu aristoteles mengenalkan suatu sistem penalaran atau aliditas argumen yang kita sebut dengan silogisme.
Jika pemikiran dan logikannya valid dan benar maka sanagt mungkin untuk menggunakan logika silogistik untuk validitas argumen. Apabila kongklusi yang tidak logis maka dapat ditentukan dan sebab-sebabnya terisolasi. Apabila masing-masing silogisme dapat dirancang berdasarkan macam-macam kalimat yang mana dibuat dalam contoh seperti semua kalimat itu bersifat universal afirmatif dan silogisme merupakan tipe AAA.
Ada sebuah ciri yang menarik dalam penggunaan logika siloguistik dalam penelitian kognitif adalah kemampuan memungkinkan kita untuk mengevaluasai atau mengesahakan pembenaran dan dalam proses pemikirannya
üPenalaran Deduktif
Sebenarnya kongklusi dan penalaran itu dihasilkn melalui proses penalaran yang dapat disebut dengan penalaran deduktif. Johnson-laird (1995) telah mengidentifikasikan dalam studi ilmiah tentang logika deduktif.
Pengertian deduktif itu dalam logika tradisional, proses penarikan, dengan penalaran konklusi tertentu dari prinsip-prinsip yang diasumsikan benar.
üPenalaran Siloguistik
Penalaran ini riset awal untuk memplajari silogistik didasarkan pada laporan partisipasi dari apa yang telah terjadi dalam kepalaku yang juda dapat diketahui sebagai prosedur. Meskipun teknik introspeksi ini kekurangan dasar ilmu empiris yang telah dibutuhkan.
Kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatau argumen berdasrkan bentuknya. Dengan bahasa lain mengajkan suatu argumen dengan cara tertentu saja bisa mempengaruhi tingkatan penerimaan argumen itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H