Kritik Sastra Cerpen karya Indah Nurlailia berjudul "Kiriman"
Dalam cerpen ini, bercerita tentang komunikasi antara orang tua dengan anaknya yangsedang merantau. Sepanjang alur cerita menggambarkan betapa harmonis hubungan mereka.Orang tua sang tokoh digambarkan sebagai sosok yang perhatian dan penuh kasih sayang,mereka sering mengirimkan sesuatu untuk anaknya. Sang anak pun memiliki karakter yang terusterang dan penurut. Namun bagi saya, cerpen semacam ini adalah cerpen yang dirasa terlalumonoton dan biasa saja. Alur yang digunakan di dalam cerpen ini menggunakan alur maju,sedangkan pembicaraannya seakan tetap berpindah-pindah tetapi masih dalam satu lingkup.
Menurut saya, tidak ada keunikan yang menonjol dari cerpen “Kiriman” ini. Alurnya terlalu sederhana dan dianggap repetisi. Itu bisa menjadi keunggulan dari cerpen ini, tapi bagi saya inijuga menjadi kekurangan. Cerpen ini tidak banyak menggunakan kata-kata konotasi. Pengara dengan gamblang menceritakan setiap kejadiannya, sehingga apa yang ia tuliskan bisa langsungtergambar dikepala pembacanya.
Teknik penokohan yang digunakan oleh penulis banyak menggunakan teknik analisislangsung, jadi penulis menggambarkan tokoh melalui percakapan-percakapan dan deskripsi.Cerita yang diungkapkan penulis di dalam cerpen terjadi di dalam kehidupan nyata zamansekarang dan bukan zaman dahulu ataupun antah-berantah. Pengembangan latar yang sesuaidengan keadaan masyarakat sosial zaman sekarang menjadikan cerita di dalam cerpen ini mudahdipahami, walaupun banyak kejadian yang mungkin terjadi secara spontan dan kurang bisadipahami. Pembaca akan lebih merasa relate dengan cerita pengarang. Pengarang cukup berhasilmemainkan emosi pembaca, meskipun tidak terlalu terombang ambing dengan alur cerita. Disisilain, dalam cerpen ini tersirat peran penting yang dimiliki orang tua yang sangat berpengaruh pada anak.
Selain kelebihan, cerpen ini juga tak lepas dari berbagai kekurangan. Dalampenyampaian cerpen ini pengarang tidak menggunakan kosakata terpilih. Akibatnya, pembacakurang tertarik untuk melanjutkan cerita sampai selesai. Kosakata rutinitas membanjiri hampir sepanjang cerita, membuat pembaca disergap kejenuhan dan kelelahan, juga rasa malasmelanjutkan cerita. Kekurangan lainnya adalah cerita yang ditulis terlalu ingin menjelaskankepada pembaca. Seolah-olah takut kalau pembaca tidak memahami cerita yang disuguhkan.
Akibatnya cerita menjadi kurang efektif dan bertele-tele dan membuat pembacanya merasakanbosan dan jenuh ketika membaca cerpen ini. Padahal pusat pengisahannya pada umumnyamengggunakan metode orang ketiga serba tahu, cerpen ini juga bersifat didaktis (mendidik),yang ditujukan kepada para pembacanya untuk memberi nasihat-nasihat tentang kehidupansecara tersirat, yakni menghormati dan menyayangi orang tua.
Secara keseluruhan, cerpen ini dapat dikategorikan sebagai cerpen yang bagus. Tapi memang masih terlihat rata dengan cerpen yang lain. Masih banyak kekurangan yang jelasterlihat dibandingkan dengan kelebihannya. Dalam ceritanya, masih bisa diselipkan kalimat yang
menguras emosi atau menambahkan problematik supaya cerita terlihat lebih menarik. Hallainnya adalah pengarang harus bisa merangkai kalimat yang lebih efektif agar pembaca tidak merasa jenuh, dan juga menambahkan lebih banyak slice of life agar klimaks dapat terbentukdengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H