Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Tarjo, Nita dan Binyo

29 Januari 2021   23:15 Diperbarui: 29 Januari 2021   23:24 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawa riuh berderai mengiringi akhir cerita Tarjo. Kantin kampus sore itu bertambah hingar bingar. 

Tarjo baru saja menceritakan pengalamannya saat pertama kali menjejakkan kaki di Jakarta. Ketika ia dikepung dan dirampok preman terminal bus kota.

"Jadi elo bener-bener pingsan waktu itu, Tar?" tanya Yono.

"Ya, jelaslah. Badannya aja segede kebo. Seng ada lawan, Coy!" tukas Tarjo. "Eh, Yon, awas lo jangan panggil kayak gitu lagi. Nama gue sekarang Joe, bukan Tarjo atau Tar. Panggil gue Joe. Okay, Man?"

"Oke deh, Joe!" koor yang lain. Disambut gelak tawa, sebagian karena logat bahasa Inggris Tarjo yang terwarnai dialek ngapak. 

Tarjo tersenyum bangga, merasa sudah sah diterima sebagai warga ibu kota. 

Tiba-tiba datang seorang pemuda ke tengah-tengah kumpulan mahasiswa yang nongkrong selepas jam kuliah itu. Rambutnya gondrong berikat karet gelang dan bertindik giwang di telinga kanan dan kiri. 

Ia lantas mendatangi seorang mahasiswa yang duduk di bangku seberang Joe. Mereka berbisik-bisik serius. Sesekali melempar pandangan ke arah Joe. Beberapa lama kemudian Si Gondrong pergi setelah menepuk-nepuk bahu si mahasiswa.

"Si Baron ngapain, Don?" tanya Yono pada si mahasiswa.

Gendon tersenyum samar. "Biasalah, bisnis. Mau ngapain lagi!" 

Gendon kemudian mendekati Joe dan berbisik-bisik persis seperti yang dilakukan Baron. Tak lama kemudian mereka beranjak pergi.

"Hebat si Tarjo," komentar Yono. "Baru satu semester kuliah di sini udah jadi anak gaul. Sering hang out bareng Gendon sama Baron. Gile bener!"

"Namanya juga anak kampung. Biar gak kuper. Kita kan tau siapa Gendon sama Baron," sergah Binyo sinis.

"Iyalah, tapi kita juga gak perlu muna lagi, Nyo. Lu kan juga pernah ngerasain barangnya si Baron!" ledek Yono.

Binyo tersenyum masam. Diseruputnya soft drink di hadapannya. 

"Emang sih, tapi cuman beberapa kali. Abis itu no way deh, Man. Tobat gue. Jebol kantong gue diporotin Baron. Gaul sih gaul, tapi gue nggak mau OD kayak Jefri!" tutur Binyo. 

Jefri adalah mahasiswa Fakultas Hukum yang ditemukan tewas overdosis obat terlarang di WC kampus sekitar sebulan lalu.

"Pikiran lu cakep, Nyo, gue akuin," Yono mengamini. 

"Tapi menurut gue wajar juga dong Tarjo pengen berbuat lebih daripada kita-kita. Anak daerah kan umumnya nggak pede, minderan abis. Mungkin dia pikir dengan gaul sama Baron dan Baron yang BD itu dia bisa diterima di lingkungan anak nongkrong kayak kita-kita ini."

Obrolan terhenti mendadak. 

Melintas seorang mahasiswi cantik bercelana jeans ketat, ber-tanktop jambon dan menenteng tas tangan yang sepertinya hanya cukup untuk tempat bedak dan kosmetik saja. Pusarnya menyeruak dan belahan dadanya menyembul. Puluhan mata jalang menerkamnya bulat-bulat. Pinggul biolanya bergoyang seirama langkah mantapnya.

"Sst...ayam...ayam.." 

Bisik-bisik usil lekas melintas seiring langkah-langkah si pemilik kaki indah tersebut yang tak lupa menebar senyum manisnya. 

"What a professional girl!" desah Binyo, terhanyut kenangan.

"Itu ayamnya Baron juga kan, Nyo?" tanya Yono setelah matanya puas menelanjangi si sexy girl.

"He-eh," Binyo berusaha tak peduli. Meskipun saat Nita, si cewek sexy tadi, melintas, ada desiran di dadanya. 

Mereka pernah melewatkan semalam bersama. Kendati hanya one-night stand alias kencan semalam tapi sangat berarti bagi Binyo. 

Tapi entahlah bagi Nita. Setelah kencan semalam itu, Nita selalu menghindar menemuinya. Pesan pendek, chat atau telepon Binyo tidak pernah berbalas.

"Thank you, Nyo," ujar Nita cemberut sambil mengambil sepuluh lembaran ratusan ribu di meja hotel. 

"Ini bonus buat lu," ia mencium Binyo di pipi. Kilat. 

Ingin Binyo menarik kembali perempuan montok itu ke ranjang seperti semalam. 

Namun Nita tangkas berpakaian. Sekejap ia sudah mengenakan bra dan mengancingkan kemejanya di depan cermin. Binyo menelan liur, memandangi pahatan mulus bodi cewek semalamnya itu.

"Kapan kita bisa ketemuan lagi?" tanya Binyo berharap. Selimut tebal masih menutupi tubuh telanjangnya. Angin pagi Puncak Pass menyelinap masuk ke kamar hotel lewat jendela hotel yang dibiarkan terbuka. Dingin.

"Gimana ya? Gue sih sebetulnya profesional aja, ada duit ada barang. Tapi jujur ya, Nyo, sama elo gue mikir-mikir lagi deh. Puas kagak, kotor iya,"ujar Nita sinis. Ia mengoleskan lipstik di bibir tipisnya. Lipstik selebgram seri terbaru.

Binyo tertunduk malu. Ia merasa kemaluannya dikebiri. 

Ya, semalam ia terlalu bernafsu melihat tubuh polos perempuan cantik untuk pertama kalinya. Sayang Nita terlalu berpengalaman baginya.

"Sorry ya, Nyo," tukas Nita, melihat reaksi teman kencannya. 

"Tapi kayaknya elu perlu belajar dari Joe deh soal begituan," kerlingnya genit. Aroma parfum mahalnya menguar keras.

"Tarjo?"

Nita tampak bingung. "Tarjo, Joe..whatever! Yang jelas dia maenannya oke. Sepuluh kali dari elo!" 

Ia membongkar tas tangannya. Mengaduk-aduk isinya, mencari-cari rokok mentolnya.

"Tarjo?"

"Iyalah. Lu tau gak, dia tuh penjahat kelamin tau. Biar katanya dari kampung, kayaknya dia udah gak virgin tuh!" 

Pandangan Nita menerawang. Ia menyulut rokoknya. Lihai sekali gerakannya. 

"Tau banget dia cara nyenengin cewek," lanjut Nita seraya tersenyum, menengadah seakan membayangkan Tarjo. 

Binyo kontan cemburu berat.

"Dia sanggup bayar kamu emangnya?" Binyo sangsi. Dadanya terasa panas.

Nita melotot. Mata kucingnya menyorot tajam. 

"Lu kira gue perek pinggir jalan yang cuma beginian buat duit doang!" sembur Nita. Binyo tertunduk.

" Gue wanita normal, Nyo, butuh kepuasan," lanjut Nita sambil mematut diri di depan cermin. 

"I gave him for free. We made love three times. Oh, such wonderful moments! Emang sih tampangnya nggak cakep-cakep amat. Tapi punyanya lebih gede dari elu, lah nggak ku-ku deh gue!" 

Nita terkekeh-kekeh mesum. Dada gunungnya terguncang-guncang seiring kekehannya, yang semakin menaikkan level kecemburuan Binyo.

Binyo tak hanya merasa dikebiri. Ia seakan mayat yang dimutilasi lalu dibuang ke kali di bawah jembatan lalu potongannya dimakan anjing-anjing liar seperti berita pembunuhan yang viral di medsos kemarin. 

"Tarjo! I hate you!" desis Binyo.

"Hoi!!" Sebuah tepukan keras menyadarkan Binyo. Ia gelagapan, Yono nyengir.

"Nah, kalo barang Baron yang satu itu, elu tobat juga gak? Haha..."

Derai tawa Yono bikin Binyo muntab.

"Sialan lu!" Binyo bersungut-sungut. Lantas pergi diiringi gelak tawa teman-temannya. 

Binyo doyan bercanda. Tapi jika soal Nita, maaf saja, hal itu terlalu menyakitkan baginya.  

Matahari pun bertambah condong ke barat. Lembayung merah menyeruak. Merahnya semerah wajah Binyo saat itu yang terus berjalan menggendong pedih dan perih.

Nanti malam ia mantap berniat membunuh Tarjo dan Nita. Tanpa kecuali, tanpa sisa, agar hilang pedih perih.

Jagakarsa, 29 Januari 2021

Baca Juga:

1. https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/6008b997d541df1925458242/partai-demokrat-sby-fans-club-yang-memudar

2. https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/60099e6cd541df36641746e2/contoh-draf-skenario-sitkom-the-coffee-bean-show

3. https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/60072a4a8ede483c054d5632/gelebah-gempa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun