Bicara tentang bahagia dan kebahagiaan memang tidak akan ada ujungnya.
Dalam buku Tasawuf Modern terbitan tahun 1939, yang merupakan kumpulan artikelnya di majalah Pedoman Masyarakat sejak 1937, Buya Hamka menguraikan pelbagai filosofi kebahagiaan dari berbagai sumber mulai dari zaman para filsuf Yunani seperti Socrates dan Aristoteles hingga ke era Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam (SAW).
Buya Hamka pun menyimpulkan secara garis besar bahwa bahagia itu tidak berjarak dengan kita. Jadi, tak usah dikejar, karena bahagia itu dekat, ada di dalam diri kita.
Dan, menurut Buya Hamka, sumber bahagia manusia ada dua, dari dalam dan dari luar diri. Karena manusia yang bahagia ialah yang hidupnya buat alam, bukan buat dirinya seorang.
Persis sebagaimana kutipan kata bijak yang populer di media sosial yang berbunyi: "The best way to multiply your happiness is to share it with others".
Cara terbaik untuk melipatgandakan kebahagiaanmu adalah dengan berbagi kebahagiaan kepada orang lain.
Apa itu bahagia?
"Kalau kita perturutkan, bahagia itu mempunyai kaidah sebanyak orang, sebanyak penderitaan, sebanyak pengalaman, sebanyak kekecewaan. Orang bahagia mengatakan bahagia (ada) pada kekayaan; orang sakit mengatakan bahagia (ada) pada kesehatan; pendosa mengatakan bahwa terhenti dari doa itulah kebahagiaan, dan seorang perindu mengatakan hasil maksudnya itulah bahagia," demikian tulis Buya Hamka.
Dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Zaid bin Tsabit, disebutkan "jika petang dan pagi seorang manusia telah mendapatkan rasa aman sentosa dari gangguan manusia, itulah dia orang yang bahagia."
Dalam hadis yang lain, disebutkan bahwa jika pada suatu hari itu seseorang punya cukup makanan untuk hari itu dan dalam kondisi sehat serta beriman kepada Allah, maka ia adalah orang yang bahagia.