Jakob Oetama meninggal dunia. Indonesia berduka, terutama dunia pers dan perbukuan nusantara.
Terkait wafatnya sang taipan media dan pejuang pers legendaris tersebut, saya teringat sebuah pepatah lawas, "Gajah mati meninggalkan gading; manusia mati meninggalkan nama."
Namun kematian seorang Jakob Oetama tak hanya meninggalkan nama besar dan sederet aset bisnis saja. Ada banyak pelajaran yang ditinggalkan sang mantan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut. Bahkan dalam kematiannya sang guru besar itu mengajarkan kita banyak hal.
Pelajaran pertama
Alkisah, seorang sufi dalam doa-doanya khusyuk panjangnya di sepertiga malam memohon kepada Tuhan agar jelang kematiannya kelak ia diberikan tanda-tanda agar ia dapat mempersiapkan kematiannya dengan sebaik-baiknya.
Tahun-tahun berlalu dan sang sufi tak kunjung mendapat tanda-tanda dari Tuhan kapan kematiannya akan tiba.
Hingga suatu ketika datang malaikat maut hendak menjemput nyawa sang sufi.
Ketika sang sufi protes mengapa ia tak diberikan tanda- tanda terlebih dahulu, apa kata sang malaikat maut?
"Bukankah uban-uban di kepalamu sudah merupakan tanda?"
Sang sufi tersentak sadar.