Inilah perkakas kecil yang unik nan kontroversial. Fungsinya hanya satu, yakni menjepit atau mengaitkan kertas, tetapi punya sekian banyak nama yang berbeda. Mulai dari hekter, jegrekan, jepretan, cekrekan, ceklekan, kacip, necis, jeglokan, pengokot, streples, stapler, stepler atau staples. Tergantung selera, kenyamanan atau kebiasaan Anda menyebutnya.
Generasi nenek dan orang tua saya, yang nota bene lebih terpapar pengaruh bahasa Belanda sebagai bahasa eks-penjajah Indonesia, menyebut benda ini "hekter" dari kata "haakje" yang artinya "pengait" atau "kaitan". Kabarnya kata itu sumbangan dari khazanah bahasa Belanda. Sama seperti ketika mereka menyebut "potlot" (dari potlood versi bahasa Belanda) alih-alih "pensil" (yang diserap dari pencil dalam bahasa Inggris).
Ada yang berasumsi, menilik kemiripan bunyinya, "hekter" itu juga berasal dari kata "hector" dalam bahasa Inggris yang berarti "to behave in an arrogant or intimidating way" (versi Kamus Merriam-Webster) atau "menindas" dalam terjemahan bahasa Indonesia. Menindas kertas, maksudnya. Sesuatu yang ditindas biasanya lebih mudah untuk disatukan, demikian juga kertas. Mungkin demikian alasan filosofisnya.
Sekarang benda ini lebih populer, setidaknya di kawasan Jabodetabek, disebut "jegrekan" atau "cekrekan". Konon kabarnya istilah itu berasal dari bahasa Betawi atau bahasa Jawa. Sepertinya ini lebih merupakan onomatope atau tiruan bunyi ketika benda itu bekerja atau digunakan. Sementara "pengokot" kabarnya berasal dari bahasa Sunda, yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan sudah ada di KBBI.
Ada juga yang menyebutnya "staples" (serapan dari bahasa Inggris). Jika ingin konsisten dengan versi bahasa Inggrisnya, sebetulnya "staples" itu untuk isinya (kawat pengait berukuran kecil berbentuk U) yang lazim disebut "peluru pengokot" atau "kokot" (versi KBBI) sementara perkakasnya sendiri bernama "stapler".
Menurut kamus Merriam-Webster, definisi "stapler" adalah  "one that inserts staples; especially: a small usually hand-operated device for inserting wire staples".
Dari Wikipedia, penjelasan tentang perkakas ini adalah sebagai berikut: "A stapler is an office tool that is used to place thin items such as paper together. It uses a small piece of wire (a staple) to put them together. The ends of the staple are pointed and go into the paper... When you press the stapler down, it will release a staple. The staple is pressed into the paper, and then bent. That way the pieces of paper get stuck together."
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutnya "stapler" atau "pengokot", namun sayangnya tidak memuat kata "hekter" yang sebetulnya sudah lazim dikenal dalam khazanah bahasa masyarakat Indonesia. Dari lema "stapler" di KBBI daring (Tautan: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/stapler), definisinya adalah "alat untuk menjepit (kertas dan sebagainya) yang berisi staples". Untuk "pengokot", definisinya adalah "alat untuk mengokot". Sementara untuk "kokot" (staples atau peluru pengokot), definisinya: "besi (kawat) yang dibengkokkan untuk memaut".
Artinya, stapler pada masa itu dibuat secara mewah dan memiliki bobot yang cukup berat. Pada akhirnya stapler dalam bentuk yang lebih praktis diciptakan di Amerika Serikat dan dipatenkan pada 1866 oleh Novelthy Manufacturing Company, suatu perusahaan pelopor stapler modern. Perbedaannya dengan stapler yang lazim kita kenal belakangan ini adalah stapler di era itu hanya memiliki satu kawat jepit (staples) sebagai peluru pengokot atau isinya atau kokot.
Istilah "stapler" sendiri pertama kali muncul pada sebuah iklan di American Munsey's Magazine pada 1901.