Perang citra antar Parpol terus berjalan sangat dinamis. Mereka berlomba-lomba mencari ikon yang bisa mewakili Parpol untuk mendulang suara pemilih. Sebab, peran figur sentral di partai politik seringkali menjadi mesin politik yang sangat efektif untuk meningkatkan citra, popularitas dan elektabilitas partai ke depan.
Selama ini, banyak tokoh nasional yang berusaha untuk berinovasi, menjajaki segala kemungkinan untuk bisa meningkatkan elektabilitasnya. Tetapi, hal itu tidak mudah dilakukan. Karena citra dan elektabilitas hadir dari persepsi publik yang bersifat genuine, tidak mudah dimanipulasi.
Karena itu, banyak tokoh nasional yang berusaha untuk mencoba mencari "perahu politik" untuk melabuhkan diri guna maju di kontestasi politik lokal maupun nasional. Tetapi, semua itu tidak mudah bagi partai untuk sembarangan menetapkan nama calon figur pemimpin.Â
Selain harus memiliki kesamaan visi dan cara pandang kebangsaan, calon pemimpin juga harus punya kesamaan chemistry, ideologi hingga kapasitas logistik untuk memenangkan kontestasi. Terlebih lagi, di tengah menguatnya segmen politik kaum milenial, maka partai politik harus berinovasi untuk menemukan calon pemimpin yang bisa memenangkan hati dan pikiran milenial, guna meraup suara mereka di Pemilu mendatang.
Hal ini penting, karena iklim politik nasional ke depan akan dikuasai oleh pemilih muda dan pemula. Pada Pemilu 2024, suara pemilih muda diperkirakan lebih dari 60% dari total keseluruhan suara. Hal itu merupakan aset sekaligus peluang yang harus ditangkap oleh partai-partai politik. Sayangnya, tidak semua partai politik memiliki figur pemimpin yang bisa mengkonversi segmen milenial itu sebagai pemilihnya.
Salah satu partai yang cukup beruntung dalam konteks ini adalah Partai Demokrat karena memiliki figur Wakil Ketua Umum DPP PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Berkaca dari Pemilu 2019 lalu, tingkat popularitas AHY berdasrkan survei IDN Media secara konsisten selalu menduduki posisi 3 besar (82,2 persen), tepat berada di bawa Jokowi dan Prabowo yang saat itu menjadi Capres di kedua kubu yang berbeda.
Hal ini menunjukkan, PD memiliki bekal yang baik untuk menyongsong kontestasi 2024 mendatang. Karena itu, kebangkitan PD akan lebih cepat jika partainya memberikan kesempatan kepada AHY yang notabene merupakan asset berharga dalam kepemimpinan partainya ke depan. Untuk itu, semua elemen di internal PD hendaknya saling bahu membahu, tidak mudah terkotak-kotak oleh friksi dan konflik internal, serta memberikan dukungan penuh kepada AHY untuk tampil memimpin partainya.
Perlu di ingat, zaman ini berbeda dengan sebelumnya. Ke depan, peran pemuda sangat menentukan masa depan kekuatan politik nasional. Terlebih lagi, segmen pemuda atau kalangan milenial yang memiliki hak pilih, seringkali merasa bosan dan jenuh dengan tokoh-tokoh lama yang mendominasi panggung kekuasaan nasional. Tampilnya kepemimpinan muda akan menjadi magnet yang mampu meraup suara besar.
Karena itu, sirkulasi kepemimpinan haruslah berputar, dengan diiringi pemikiran segar untuk membawa partai tersebut semakin kuat nantinya. Inovasi kepemimpinan muda adalah investasi mahal untuk memenangkan masa depan. Karena itu, saat Kongres PD diselenggarakan, para kader Demokrat perlu memberikan dukungan terhadap wajah baru yang muda, enerjik, visioner dan mewakili kaum milenial, untuk mempercepat kebangkitan Demokrat di masa mendatang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H