Kemunculan Agus Yudhoyono tidak hanya mengancam posisi Ahok, lebih jauh dari itu juga berpotensi menjadi pesaing berat Jokowi. Pendukung Ahok dan Jokowi itu sepaket, baik dilevel bawah maupun atas, baik yang kelihatan atau dibelakang layar. Tidak heran kalau mereka bahu membahu mencari celah menjatuhkan Agus. Jika pun DKI gagal dipertahankan Ahok, minimal mereka lebih senang Anies Baswedan jawaranya. Lawan yang enteng bagi Jokowi.
Hampir semua syarat memenangkan kontestasi rebutan pemimpin Indonesia ada pada Agus. Dia mewakili muslim (yang juga terlihat religius) dan berdarah jawa, penduduk mayoritas indonesia. Dia cerdas berprestasi, masih muda dan gagah lagi, stereotip pemimpin ideal yang lama tertanam di benak masyarakat nusantara.
Gusar membayangkan potensi Agus muncul sebagai kandidat penantang jika dia memenangkan Pilkada DKI, upaya pengembosan Agus pun mulai dimunculkan sejak pertama kali publik tahu pencalonan dirinya. Pengamat politik partisan langsung menyerang, 'Agus anak ingusan', 'dikorbankan bapaknya' dan 'tidak berpengalaman'. Belum puas mencari sisi lemah Agus, belakangan serangan mengarah pada bapaknya yang mantan Presiden. Jelas tujuan yang dimaksud untuk membangun opini, kalau bapaknya rusak anaknya juga rusak.
Tiba-tiba bermunculan berita tentang E KTP yang mengingatkan kembali pada politisi Demokrat. Pemeriksaan Gamawan Fauzi, Agus Marto dan status tersangka untuk Dahlan Iskan, para menteri era SBY. Pengkabinghitaman hilangnya dokumen kasus Munir. Jatah rumah seluas kurang 1.500 yang diframing media menjadi 5000. Paling kentara pemunculan berita proyek 34 pembangkit listrik mangkrak yang akan dilaporkan pada KPK, sengaja diulang-ulang bahkan saat demo sedang berjalan.
Makin lama serangan makin tajam, bahkan menjurus pada cara picik yang cenderung kotor memanfaatkan momen demo umat muslim #411. Secara bertahap lewat media dan buzzer sosmed isu tokoh dibalik demo dan penyandang dana dihembuskan. Photo SBY, Agus dan Habib Rizieq dalam satu frame beredar. Langsung saja SBY blingsatan, ia segera menemui Wiranto dan Jusuf Kalla.
Konferensi pers emosional di Cikeas sesungguhnya upaya antisipasi jika hal terburuk terjadi pada demonstrasi. Sepertinya mantan Jendral itu tahu kemana arah semua ini ujungnya. Langkah awal yang dilakukan adalah mencegah dirinya dijadikan kambing hitam jika demonstrasi berakhir rusuh. Kemungkinan terburuk jika ternyata kerusuhan itu direncanakan untuk memojokkan dirinya. Selain membantah tuduhan, - sering dimaknai pembencinya sebagai 'curhat' -, kali ini SBY juga menunjukkan sikap tak tinggal diam. Dia terkesan ikut mendukung demo besar #411 sebagai pesan tersirat perlawanan.
Demonstrasi yang berjalan manis dan damai itu ternyata terbukti rusuh disaat injury time, nyaris membunuh banyak manusia. Hampir semua orang percaya ini disengaja, ada provokator yang terencana. Para buzzer sosmed saling tuding siapa sesungguhnya dibalik semua ini.
Malam itu ditutup sebuah pernyataan dari istana: 'dan kita lihat telah ditunggangi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi'.
@NurRotan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI